Beberapa waktu yang lalu seorang tamu
laki-laki berusia lima puluh tahun datang ke rumah kami. Kebetulan waktu itu
sekitaran tengah hari dan di rumah hanya ada saya beserta seorang adik
laki-laki yang sedang bersantai menonton televisi. Saya tidak menyadari ketika tamu tersebut datang mengetuk pintu rumah kami. Hanya saja saya sempat kaget
saat melihat wajahnya sekilas di jendela. Mengintip keberadaan kami.
Adik saya yang juga melihat dan mendengar
suara ketukan tersebut segera saja bergegas menuju pintu untuk membukanya. Dan
si tamu laki-laki itu pun menanyakan keberadaan ayah saya. Singkat cerita, adik
saya pun mempersilahkan tamu itu untuk masuk
ke dalam rumah dan menunggu.
Karena saat itu adik saya akan mengikuti perkuliahan online, tamu itu pun diminta oleh adik saya untuk menunggu sebentar
di ruangan tamu setelah berbasa-basi dan menyuguhinya secangkir kopi. Saat itu, saya sudah berada di dalam kamar dan
memang berniat untuk tidak keluar menemui tamu tersebut dikarenakan saya sedang
memakai pakaian santai yang cukup pendek sehingga membuat risih jika harus mendadak
bertemu dengan orang lain.
Tamu tersebut memang sudah seringkali
datang ke rumah kami. Dan tidak pernah mengabari terlebih dulu sebelumnya.
Biasanya dia datang sesudah maghrib dan baru pulang saat larut malam seusai mengobrol
selama berjam-jam. Kadang kala kami merasa jengkel karena malam hari itu
seharusnya menjadi waktu untuk bersantai atau beristirahat bersama keluarga setelah
seharian lelah beraktivitas di luar.
Ketika tadi membuka pintu pun, adik saya
sebenarnya sudah memberikan kode bahwa “di rumah tidak ada siapa-siapa” dan
“dia tengah sibuk mengikuti perkuliahan online” sebagai isyarat halus bahwa dia
sedang tidak ingin menerima tamu.
Tapi tamu tersebut hanya diam saja mendengar perkataan adik saya. Akhirnya, adik saya yang cukup
tidak enakan itu pun dengan sedikit rasa enggan mempersilahkan tamu tersebut
untuk masuk ke dalam rumah. Setelahnya, kami langsung menelpon orang tua agar
segera pulang. Yang sayangnya tidak tersambung.
Saat itu adik saya mengikuti perkuliahan
online sembari menemani saya di dalam kamar. Tapi, tidak lama kemudian kami
mendengar suara chanel televisi di ruang tengah yang berganti-ganti. Adik saya yang
penasaran menengok ke arah pintu kamar yang sedikit terbuka dan tamu itu sudah
berada di sana. Sedang memindah-mindahkan chanel televisi tanpa seizin
pemiliknya. Dia juga tidak segan-segan berbaring di atas kasur lantai dan
merebahkan dirinya di atas bantal.
Sebenarnya ini bukan kali pertama tamu
tersebut berperilaku tidak sopan di rumah kami. Dulu pun, ketika pertama kali
datang ke rumah, saya menyaksikannya sendiri bahwa dia dengan santainya
menelusuri rumah kami dan duduk di kursi di ruang tengah menonton televisi
dengan salah satu kakinya sengaja dia angkat naik ke kursi. Saat itu, orangtua
saya sedang sholat. Dan hanya saya saja yang melihat.
Akhirnya, orangtua saya pun datang tak
lama kemudian. Saya menceritakan perilaku orang tersebut yang tidak sopan.
Karena seenaknya menelusuri rumah orang lain tanpa izin dari pemiliknya bahkan
tidak segan-segan menonton televisi dan merebahkan badan begitu saja di kasur
lantai di ruang tengah keluarga kami.
Ibu saya pun menegurnya dengan sindiran
halus agar tidak menyinggung perasaannya. Bahwa mungkin
kami mau menonton televisi dan bisa saja merasa terganggu kalau ada dia. Dan
seperti biasa orang itu selalu memposisikan dirinya sebagai korban tidak
bersalah padahal umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.
“Oh, mengganggu ya?” ucapnya tanpa dosa.
Ceritanya saya cukupkan sampai disini.
Sampai disini kira-kira hikmah apa yang
bisa diambil? Tentu saja banyak. Salah satunya adalah bahwa saya semakin
mengagumi ajaran agama Islam. Betapa lebih dari 1.400
tahun yang lalu Rasulullah S.A.W. yang mulia sudah mengajarkan umatnya untuk memperhatikan
adab-adab dalam melakukan kegiatan bertamu ini. Yang meskipun kedengarannya sepele
tapi pengaruhnya cukup besar.
Diantara beberapa adabnya adalah sebagai
berikut:
- Sebisa mungkin jangan bertamu di tiga waktu ini; selepas subuh (karena terlalu pagi) seusai adzan dzuhur (karena merupakan waktu untuk istirahat dan tidur siang) dan selepas isya (karena waktu untuk keluarga atau berisitrahat) Bahkan dalam Hadist disebutkan bahwa Rasulullah biasa tidur di awal malam (sesudah isya) dan membenci bercakap-cakap yang tidak bermanfaat seusai Isya kecuali pembicaraan yang membangun kedekatan bersama keluarga atau tentang ilmu agama.
- Mengucapkan Assalamu’alaikum 3 kali. Jika tidak ada sahutan; maka boleh mengetuk pintu 3 kali. Itu pun dengan ketukan yang tidak membuat penghuni rumah merasa diburu-buru dan terancam.
- Jika setelah mengetuk pintu masih tidak ada sahutan jangan sengaja mengintip keberadaan penghuninya lewat kaca jendela. Atau kalaupun tidak diijinkan maka lebih baik pulang. Dan jangan berburuk sangka terhadap sang pemilik rumah. Hal ini bahkan sudah tercantum di dalam Al-Quran Surah An-Nur ayat 28.
- Jika dibukakan pintu oleh penghuni rumah maka mintalah izin apakah diperbolehkan masuk rumahnya atau tidak. Menjawab salam tidak sama dengan mengizinkan masuk. Boleh jadi yang bertamu adalah seorang laki-laki dan yang menerimanya adalah perempuan. Ketika suami atau mahram perempuan tersebut tidak ada di rumah maka tamu laki-laki tersebut tidak boleh memaksakan diri untuk masuk dan menunggu di dalam rumah sehingga bisa menimbulkan fitnah.
- Jangan menghadap pintu. Berdirilah di samping kiri atau kanan. Tujuannya; untuk menjaga pandangan. Rumah itu ibarat aurat bagi pemiliknya. Inilah gunanya meminta izin terlebih dahulu; untuk menjaga pandangan.
- Jangan berkeliaran di dalam rumah tanpa seizin tuan rumah atau mengedarkan pandangan pada seisi rumahnya karena itu tidak sopan.
- Jika sudah selesai menyampaikan keperluan segeralah pulang. Kecuali jika tuan rumah, menghendaki tamunya tersebut untuk diam di rumahnya lebih lama.
- Dianjurkan untuk membawa oleh-oleh bagi tuan rumah yang dikunjungi.
- Jika disuguhi makanan maka makanlah tanpa berpura-pura sudah kenyang.
- Ketika pulang maka doakanlah kebaikan bagi sang pemilik rumah dan maafkan segala kekurangannya ketika menjamu.
Tulisan ini terutama sebagai nasehat bagi
diri sendiri. Syukur-syukur bermanfaat bagi orang lain.
0 comments:
Post a Comment