Ngobrolin Mereka

Wednesday, March 4, 2020


Nggak adil rasanya jika dulu saya sudah pernah membahas tiga karakter perempuan fiksi tanpa gantian membahas versi cowoknya. Berhubung saya lagi mood nulis, berikut adalah tiga cowok fiksi teratas yang bakalan saya jadikan bahan untuk tulisan kali ini. Siapa aja mereka?

Mr. Darcy – Novel Pride & Prejudice by Jane Austen

Kalau kalian pernah baca novel Pride & Prejudice karangannya Jane Austen pasti udah nggak asing lagi sama tokoh fiksi laki-laki bernama Fitzwilliam Darcy. Dia ini adalah tipikal laki-laki yang bisa bikin cewek-cewek langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Sekaligus juga patah hati dan kesal di waktu yang bersamaan. Soalnya nih; meskipun banyak yang naksir… Darcy itu sangat pemilih dan sulit untuk dibikin senang. 

Darcy juga tipikal orang yang sangat logis dan pintar. Makanya, Darcy ini sering banget sebal sama perempuan-perempuan genit yang terlalu giat menarik perhatiannya. Dan ketika Elizabeth Bennet datang, Darcy pun kena batunya. Si cowok sombong ini akhirnya menemukan partner yang sepadan dengan dia dalam hal kecerdasan. Yang membuat dirinya kepikiran dan akhirnya jatuh cinta.

“Sia-sia saja bagiku. Aku tak sanggup lagi menahan perasaanku. Ijinkanlah aku mengatakan kepadamu betapa aku mengagumi dan mencintaimu,” ucap Mr. Darcy pada Elizabeth.

Tapi, tapi... nggak mungkin dong ya; cuman gara-gara kalimat itu aja Mr. Darcy sampai punya banyak fans wanita garis keras di seantero dunia. Bahkan hingga beratus-ratus tahun lamanya masih tetap seperti itu. Ya, emang nggak mungkin sih kalau hanya sekedar mengandalkan kata-kata.

Apalah pula artinya kata-kata. Apalagi buat mendapatkan tipe perempuan cerdas kayak Elizabeth Bennet yang sama-sama pintar dan menggunakan logika.

Kalau kamu pernah baca novelnya; kamu pasti bakalan mengerti jika sikap Mr. Darcy nggak cuman sampai disitu aja. Tapi jauh lebih rumit dan menarik dibandingkan itu semua! Pikirkan gimana caranya laki-laki yang awalnya digambarkan menyebalkan bisa jadi tokoh fiksi paling legendaris idaman kaum hawa di seluruh dunia ini selama berabad-abad.

Kalau kalian pernah mencoba googling dan iseng-iseng cari namanya, ternyata banyak banget orang-orang di dunia ini yang membahas tentang karakter Mr. Darcy tersebut. Berikut juga dengan sejumlah alasan kenapa laki-laki itu bisa kelihatan atraktif banget di mata perempuan.

Terlepas dari sebagian besar orang-orang yang ngefans sama Mr. Darcy karena dia menampilkan kesan cowok dingin yang misterius, saya pribadi malah merasa sudah cukup dengan tipe laki-laki yang modelnya seperti itu. Seringnya, saat kembali ke dunia nyata saya justru malah banyak ketipu sama laki-laki yang eksteriornya demikian. Kirain sebelas-dua belas sama Mr. Darcy dalam tingkat kemenawanan dan kecerdasan. Taunya emang tipikal cowok bingung yang nggak tau mau ngomong apa. Nggak heran kalau pada diem. Dan diem. Dan diem. (Hehehee...)

Saya justru lebih tertarik sama Mr. Darcy karena dia punya pendapatnya sendiri dan cukup bijaksana dalam menyuarakannya. Meksipun Mr. Darcy jadi terkesan frontal dan to the point, jangan bayangkan jika dia adalah tipikal pria kasar yang suka ngomong seenaknya. Malah justru kelakuannya sopan banget.

“Tidakkah kau merasakan dorongan yang kuat, Miss Bennet, untuk berdansa diiringi lagu ini?” tanya Mr. Darcy. Elizabeth tersenyum tapi tidak menjawab. Mr. Darcy mengulangi pertanyaannya dengan sedikit nada terkejut karena Elizabeth diam saja.

“Oh!” katanya, “aku mendengarmu, tapi aku tidak bisa langsung memutuskan jawabanku. Aku tahu kau menginginkanku mengatakan ‘Ya’ agar kau bisa menghina seleraku; tapi, aku selalu siap untuk menolak siasat itu dan mengecewakan orang yang berpikiran buruk tentangku. Oleh karena itu, aku mengambil keputusan dan memberitahumu bahwa aku sama sekali tidak ingin berdansa denganmu – dan sekarang, hinalah aku kalau kau berani.”

“Sungguh, aku tidak berani."

Elizabeth yang telah siap melawan, terperangah melihat kesopanan Mr. Darcy. 

Namun, bagi Darcy, perpaduan antara kelemahlembutan dan kekeraskepalaan dalam sikap Elizabeth tidak terlihat sebagai suatu penghinaan. Dan Darcy tidak pernah seterpesona itu kepada seorang wanita sebelumnya. Dia yakin, seandainya kelas sosial Elizabeth tidak lebih rendah darinya, dirinya akan berada dalam kesulitan besar. 

(Pride & Prejudice hal. 80-81)

Dulu banget, saya pernah membayangkan jikalau Mr. Darcy itu hidup di dunia nyata, pastilah dia bukan tipe laki-laki yang bakalan ngajak perempuan jalan-jalan tapi nggak tau mau pergi kemana. Soalnya (masih) menurut saya, dia itu tipe laki-laki yang punya prinsip dan perencanaan yang matang. Ketimbang terus-terusan nanya mau nonton atau makan dimana yang kemungkinan besar bakal dijawab dengan kata-kata ‘terserah’; dia pasti udah bisa menentukan keputusannya sendiri.

Sikapnya yang jelas dan sederhana itulah yang bikin Mr. Darcy jadi keliatan laki banget. Siapa sih perempuan normal yang nggak suka sama cowok yang laki banget? Nggak ada lah yang nggak bakalan suka! Semuanya pasti suka. Selain itu, hal lain lagi yang bikin banyak perempuan mengidolakan Mr. Darcy sampai kapan pun adalah karena Mr. Darcy telah bersikap cerdas dengan jatuh cinta dan memilih Elizabeth, mostly, karena kepribadiannya.

Selama ini saya sering mendengar ketika seseorang ditanya mengapa dia mencintai pasangannya, orang-orang cenderung akan menjawab, ‘Dia membuatku nyaman.’ Tapi, ketika rasa nyaman itu hilang karena konflik dan kekurangan yang dia lihat dari pasangannya, dia begitu mudah meninggalkan pasangannya dengan alasan, “Aku sudah nggak nyaman lagi sama kamu.”

Padahal menurut saya kenyamanan adalah salah satu pertanda bahwa kamu mencintai pasanganmu. Tetapi tentu saja itu nggak boleh menjadi satu-satunya alasan mengapa kamu mencintai pasangan. Kamu mencintai pasangan bukan semata-mata hanya karena kenyamanan yang dia berikan. Tetapi karena segala kepribadian pasangan yang kamu lihat.

Sebuah hubungan yang dimulai dan menuhankan kenyamanan akan bersifat egois karena masing-masing pihak hanya akan mencari kepuasan ego dari hubungan tersebut. Lagipula, nggak ada hubungan apapun di dunia ini yang selamanya akan terasa nyaman. Semua pasti ada batu-batu dan kerikilnya.

Untungnya, Mr. Darcy bukan tipe laki-laki yang menuhankan kenyamanan di atas segala-galanya. Meskipun menghadapi berbagai macam persoalan dengan Elizabeth, alih-alih menyalahkan takdir apalagi pasangannya, laki-laki itu tetap berusaha keras untuk menyelesaikan urusannya dengan sikap yang dewasa dan bijaksana. Singkat kata; mengapa Mr. Darcy begitu atraktif dan melegenda di benak para wanita selama berabad-abad adalah karena dia tidak egois; meskipun dia punya cukup banyak kualitas bagus dalam dirinya yang bisa menjadikannya untuk egois. 

Dan bagi perempuan, sikap realis-kontradiktif yang ditunjukan oleh Mr. Darcy itulah yang bikin dia makin keliatan laki banget. (Sekali lagi) siapa sih cewek normal yang nggak akan suka sama pria yang laki banget? Jawabannya udah pasti nggak bakalan ada! Jadi jangan tanya lagi mengapa Mr. Darcy bisa sebegitu menariknya di mata kami. Jawabannya sederhana aja; karena dia laki banget.

Mr. Knightley – Novel Emma by Jane Austen

Mr. Knightley ini adalah salah satu tokoh fiksi favorit saya yang sikapnya paling realistis, tegas, dan dewasa. Jangan sekali-kali bilang Mr. Knightley punya sikap romantis. Karena dia bahkan nggak romantis sama sekali; seperti definisi orang-orang kebanyakan. Dan memang gak perlu. Selama ini banyak orang yang mendefiniskan kata romantis sebagai sebuah sikap. Padahal, kalau menurut saya pribadi, romantis itu seharusnya hanya menjadi sebuah perayaan atau selingan kecil yang sesekali aja. Dan Mr. Knightley adalah contoh sempurna dari penjelasan ini.

Makanya, mungkin saya nggak perlu heran kenapa Mr. Knightley yang tegas bisa terasa begitu manis padahal dia nggak romantis apalagi melankolis. Karena sehari-harinya Mr. Knightley memang selalu bersikap logis dan realistis. Sehingga ketika dia sedang tidak bersikap demikian; dunia berubah. Saya ingat banget kata-kata Mr. Knightley saat berdebat dengan Emma yang setiap kalimatnya begitu berkesan bagi saya.

“Kau melihatnya menulis surat jawaban! Pasti kau yang menuliskannya, Emma, ini pasti ulahmu. Kau membujuknya supaya menolak.” 

Sudah jelas Emma tidak berniat membantah pernyataan ini secara langsung, jadi dia memilih untuk mengikuti caranya sendiri. 

Dan Mr. Knightley meneruskan kembali kata-katanya. 

“Aku selalu menganggap persahabatan kalian ini bodoh sekali,” kata Mr. Knightley, “meskipun aku hanya menyimpan penilaianku itu untuk diriku sendiri, sekarang aku yakin bahwa ini akan sangat merugikan Harriet. Kau akan mencekokinya dengan gagasan mengenai kecantikannnya sendiri dan kelebihan-kelebihannya yang hanya ada dalam bayangannya, hingga dia akan menganggap bahwa tak seorang pun dalam jangkauannya akan dianggapnya cukup baik baginya. Sifat suka pamer pada gadis yang tidak terlalu pintar hanya akan menimbulkan kerusakan. Tidak ada gunanya bagi seorang gadis jika melambungkan harapannya terlalu tinggi. Miss Harriet Smith mungkin tidak akan kebanjiran lamaran meskipun dia sangat cantik. 

Lelaki yang mementingkan akal sehatnya, terserah apapun komentarmu, tidak ingin memiliki istri yang bodoh. Lelaki yang mementingkan keluarganya tidak akan berminat berhubungan dengan perempuan yang keluarganya tidak jelas. Dan sebagian besar laki-laki yang bijaksana pasti mengkhawatirkan perasaan tidak nyaman dan malu yang akan mereka alami jika misteri seputar orangtua gadis itu terungkap. 

Biarkan Harriet menikah dengan Robert Martin dan dia akan aman, terhormat dan bahagia selamanya. Jika kau menyemangatinya untuk bercita-cita menikah dengan kalangan atas dan mengajarinya supaya baru merasa puas jika dapat menggaet pria berpangkat dan kaya raya, dia justru akan menjadi orang yang menumpang pada Mrs. Goddard seumur hidupnya. Atau minimal sampai dia putus asa dapat menggaet anak laki-laki seorang guru miskin.” 

Sepanjang saya baca novel; terutama novel-novel roman, sangat jarang saya bisa menemukan tipikal tokoh utama pria di dalam fiksi yang punya sifat dewasa dan berwibawa kayak Mr. Knightley. Cuman baru dia doang tokoh fiksi yang bisa berdebat seluwes itu dengan caranya yang jelas tapi tegas. Kebanyakan, kalo tokoh prianya gak terlalu dominan maka dia malah terlalu penurut. Yang ujung-ujungnya malah di friendzone. Dan selamanya hanya akan jadi gebetan.

Terkait dengan sikap Mr. Knightley saat sedang tidak bersikap logis dan realistis (Sebenarnya mengutarakan perasaan nggak bisa dibilang tidak logis dan tidak realistis juga sih) Tapi, anggap aja demikian. Saya jadi ingat kata-katanya pada Emma ketika mereka sedang berjalan-jalan.

“Sebagai teman,” ulang Mr. Knightley. “Emma, itu kata yang kukhawatirkan. Tidak, bukan itu yang kuinginkan. Tapi, untuk apa aku ragu-ragu. Kuterima tawaranmu meskipun kelihatannya janggal, aku akan menerimanya dan akan berbicara padamu sebagai seorang teman. Coba katakan, apakah aku punya peluang untuk menjadi lebih dari sekedar teman? --- Aku tidak dapat berbicara dengan kata-kata yang berbunga-bunga, Emma,” laki-laki itu meyakinkan. “Seandainya aku tidak terlalu mencintaimu, mungkin aku akan lebih banyak berbicara. Tapi, kau tahu aku ini seperti apa.”

Coba bayangkan laki-laki ganteng yang sehari-harinya selalu bersikap tegas dan cenderung sinis tiba-tiba aja jadi malu-malu kucing sambil ngomong kayak gitu. Memang sih, seringnya hal-hal di dunia itu justru malah lebih terasa bermakna ketika kita hanya sesekali aja melakukannya.

Can Divit – Drama Serial Turki; Erkenci Kus

Kalau dua tokoh di atas diambil dari buku novel karangannya Jane Austen; Can Divit ini adalah tokoh utama pria yang ada di drama serial Turki; Erkenci Kus. Seumur-umur saya nonton film; saya belum pernah ngerasa nge-fans banget sama tokoh pria manapun sampai-sampai saya niat banget untuk follow IG aktornya; kecuali pas saya nonton film ini. Satu-satunya film drama sebelum ini yang berhasil nggak bikin saya bosen nontonnya cuman drama Korea yang judulnya; She was Pretty. Dan itu pun saya nggak pernah terbersit niatan untuk follow IG aktor utamanya. 

Lupakan Descendant of the Sun yang kata banyak orang lucu dan romantis. Saya nggak pernah bisa tamat nonton filmnya. Karena keburu ngantuk dan ketiduran. Mungkin saya punya definisi lucu yang berbeda sama orang-orang kebanyakan. Dan mungkin juga saya tipe yang nggak pedulian sama hal-hal yang romantis dan lebih milih ketawa-ketawa bahagia nonton film rom-com macam Erkenci Kus.

Bagi saya Can Divit itu lucu banget. Apalagi pas dia lagi makan buah. Terutama buah anggur dan strawberry yang ukurannya kecil-kecil. Saya sampai hapal banget episode mana aja pas dia lagi makan buah saking udah beberapa kali nonton filmnya. Bagi saya, adegan Can Divit makan buah itu keliatan nggak nyambung aja sama penampakan badannya yang tinggi besar.

Dalam bayangan saya sih; seharusnya kalau cowoknya tinggi besar kayak dia; apalagi brewokan terus rambutnya gondorong-gondrong berantakan; nggak cocok banget makan strawberry. Lebih cocokan makan nangka atau kelapa yang bukanya susah. 

Dan seringkali saya juga setuju kalau hidup ini kadang jangan nyambung-nyambung banget juga. Harus ada bagian nggak nyambungnya biar seru dan berwarna. Makanya, saya suka ngerasa lucu aja kalau liat dia yang penampilannya kayak gitu lagi makan buah-buahan kecil macam anggur dan strawberry.

Di film itu, Can Divit digambarkan sebagai sosok pria berjiwa bebas dan kreatif. Dia juga tipe laki-laki yang go-getter. Alias kalau dia udah mau sesuatu bakalan diusahakan semaksimal mungkin. Menurut saya, gaya rambut gondrong dengan aksesoris yang dimana-mana itu emang cocok banget buat orang yang tipenya go-getter kayak dia. Selain karena… yah secara genetik dia sudah memenuhi 3 syarat utama untuk berpenampilan gondrong dan messy. Yaitu badannya tinggi besar, bahunya lebar dan garis rahangnya kuat; yang dipertegas dengan bentuk hidungnya yang mancung sempurna. Gaya berpakaiannya juga pas banget apalagi kalau dia udah pakai sepatu boots. 

Selain penampilan, hal lain yang bikin Can Divit terlihat atraktif selanjutnya adalah karena dia kontradiktif. Selama ini kita telah dibutakan dan disesatkan dengan kata-kata yang keliru bahwa kunci pertama pembuka pintu hati perempuan adalah romantisme dan perhatian. Tapi masih aja selalu menjadi misteri ketika datang tipe laki-laki yang membawa sifat-sifat demikian namun ujung-ujungnya tetep ditolak juga. 

Ya, karena memang bukan itu jawabannya, sih. 

Jauh diatas itu semua dan disadari atau tidak; perempuan suka laki-laki yang kontradiktif. Dan bisa membahagiakan dirinya sendiri.

Secara umum sikap-sikap tersebut ada dalam diri Can Divit. Secara penampilan dia berantakan tapi enak dilihat. Dia juga kaya tapi sederhana. Secara sikap dia nggak mudah percaya orang tapi cukup toleransi sama orang lain. Dia suka traveling tapi juga suka baca buku. Dia perhatian tapi nggak berlebihan. Temen-temennya banyak tapi dia lebih suka sendirian. Yang naksir juga banyak tapi dia setia banget sama satu orang perempuan. Dan dia ngelakuin itu semua secara alami; karena benar-benar nyaman dengan dirinya sendiri. Itulah yang bikin karakternya kelihatan atraktif. Sehingga dia jadi keliatan dua kali lipat lebih ganteng dan menarik dibandingkan cowok-cowok kebanyakan. 

Pokoknya, sejauh ini bagi saya pribadi; belum ada Tv-hero yang chemistry-nya lebih keren daripada dia.

0 comments: