Showing posts with label personality. Show all posts
Showing posts with label personality. Show all posts

Sebuah Kontradiktif: Perempuan INTJ

Monday, July 13, 2020

Disalahpahami adalah hal yang sudah biasa bagi perempuan INTJ. Kombinasi antara pemikiran serta ekspresi wajah yang datar seringkali membuat orang lain salah paham. Apalagi ditambah dengan death stare. Sorot mata INTJ yang terkenal itu. Dinamakan death stare karena tatapannya yang menimbulkan kesan acuh, dingin, penuh rahasia tapi juga enggan.

Tatapan ini bisa berarti banyak hal seperti: bosan, kesal, atau sedang berpikir. Atau kombinasi dari semuanya. Bahkan bisa juga tidak berarti apa-apa sama sekali. Biasanya, INTJ melakukan death stare secara tidak sengaja. Dan baru tersadar ketika ada orang yang menegurnya dan bertanya apakah dia baik-baik saja atau sedang marah.

INTJ dengan kecenderungan resting bitch face atau muka jutek, terutama pada wanita, seringkali dicap sombong dan galak. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Tapi, tidak sepenuhnya salah juga, sih.

Selain itu, karena INTJ termasuk tipe pencari ilmu, mereka juga seringkali enggan terlibat dalam hal-hal yang tidak memberikan nilai tambah bagi kehidupan mereka.

Para wanita INTJ akan sangat jarang pamer kemesraan di depan umum, update status galau apalagi susah payah bertahan dalam hubungan yang buruk. Kecenderungnya pada logika akan menghindarkannya dari melakukan tindakan demikian. Alih-alih melankolis dan penurut seperti perempuan kebanyakan, para wanita INTJ  tidak akan segan-segan memutuskan hubungannya jika pasangannya terbukti tidak mampu menghargai mereka.

Dalam kehidupan berkelompok dengan sesamanya, para wanita INTJ akan terlihat sedikit berbeda.  Ketika salah seorang perempuan dalam sebuah kelompok jarang berbicara, maka itu adalah pertanda bahwa “something wrong”  telah terjadi. INTJ adalah jenis manusia yang seringkali memicu prasangkaan negatif ini dalam diri teman-temannya. Ya, karena itu tadi. Karena mereka adalah tipe orang yang tidak begitu senang berbicara. Apalagi jika isi pembicaraan tersebut tidak mendorongnya untuk berpikir secara intelektual.

Sebagai seorang introvert, INTJ menyukai pembicaraan yang santai namun mendalam. Bukan pembicaraan dengan sekumpulan besar orang-orang yang sibuk berbicara tanpa mendengar orang lain yang juga sedang berbicara.

Dalam perbincangan, INTJ menghargai orang-orang yang kreatif dan punya tujuan hidup yang ingin dicapai. Pembicaraan sensoris yang berisi banyak basa-basi akan sangat membosankan bagi INTJ. Alih-alih terlalu banyak berbasa-basi, tanyakanlah opininya tentang sesuatu, komentari foto profinya dengan komentar yang tak biasa, cetuskan ide kontradiktif namun tidak menyinggung. Dan hal-hal anti-mainstream lainnya. Mereka akan berdiskusi bahkan berdebat jika tertarik. Namun, jika tidak tertarik mereka hanya akan diam sambil mengeluh betapa bodohnya kebanyakan manusia yang menghuni dunia ini.

Walaupun keras kepala, INTJ sangat suka belajar. Sehingga tidak keberatan untuk berubah selama perubahan itu menuju ke arah yang lebih baik. Sebagai contoh: Perempuan jutek, misterius tapi  juara kelas waktu anda sekolah itu, bisa jadi adalah seorang INTJ yang langka. Dikatakan langka, karena tipe kepribadian ini sangat jarang ada pada perempuan. Dan lebih lazim ditemukan pada laki-laki.

Hal inilah yang seringkali menyulitkan para wanita INTJ untuk mendapatkan teman berbincang dengan frekuensi yang sama. Sehingga nampak pendiam, galak dan tertutup.

Jadi, ketika suatu hari nanti kalian bertemu tipe perempuan dengan ciri-ciri di atas, jangan langsung dihakimi ya. Mereka tidak aneh. Mereka logis.

Old-Soul: Jiwa Yang Terperangkap

Thursday, June 18, 2020

Setiap orang menjalani kehidupan dengan perasaan yang berbeda-beda. Dan ada sebagian orang di dunia ini yang merasakan dirinya memiliki kecenderungan untuk lebih menyendiri dan spiritual dibandingkan sebaliknya. Bahkan mungkin, perasaan ini sudah ada semenjak mereka dilahirkan. Preferensi kesendiriannya ini bukan muncul akibat kekurangan kasih sayang atau anti sosial. Tapi karena dirinya adalah seorang old-soul.

Seorang old-soul biasanya sulit untuk menemukan orang lain yang bisa memahami dirinya secara benar. Terutama dalam lingkup pergaulan dengan orang-orang di rentang usia yang sama. Sebagai akibatnya, para old-soul tersebut menjalani kehidupan mereka dengan lebih internal. Sementara mayoritas orang-orang di dunia ini melakukan sebaliknya.

Apakah kalian pernah merasakannya? Ataukah justru malah menyaksikannya sendiri dalam diri orang lain? Barangkali selama ini, bisa jadi salah seorang kenalan kalian adalah old-soul. Atau bahkan mungkin diri kalian sendiri adalah salah satunya.

Berikut adalah tanda-tanda seseorang yang memiliki jiwa old-soul :

Cenderung Menyendiri

Para old-soul biasanya memiliki minat dan kesukaan yang berbeda dibandingkan dengan orang-orang umum yang sebaya dengan dirinya. Selain itu, mereka juga sangat pemilih ketika akan menghabiskan waktunya untuk berinteraksi. Mereka tidak suka interaksi yang berlebihan. Seperti tertawa terbahak-bahak yang bisa menganggu ketenangan orang lain, bercanda yang keterlaluan, bersikap kejam dan membully atau terlalu fokus pada pembicaraan materialistis mengenai hal-hal duniawi.

Hal ini terjadi karena para old-soul biasanya lebih dewasa dan empati dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk menyendiri dibandingkan harus bergaul bersama orang-orang yang tidak sesuai dengan mereka. Hal inilah yang seringkali tidak dimengerti oleh orang banyak. Terutama orang-orang dengan kecenderungan duniawi yang sangat kuat. Sehingga tak jarang, keadaan inilah yang mengakibatkan para old-soul di cap aneh, introvert atau membosankan oleh teman-teman sebayanya.

Cenderung Spiritual

Para old-soul yang sensitif dan emosional secara alami bersifat spiritual. Mereka menemukan kenyamanan dengan memelihara hubungan yang mencerahkan batinnya. Sehingga mereka sangat mudah untuk melakukan introspeksi diri sekaligus melihat suatu peristiwa dari berbagai macam sudut pandang. Kecenderungan spiritual dalam diri seorang old-soul bisa jadi tidak selalu terlihat dalam lingkup pergaulan sehari-hari. Mereka bisa saja terlihat tidak begitu religius secara penampilan. Atau justru malah menampilkan persona diri yang lucu dan ceria alih-alih pendiam di depan banyak orang. Tapi, seketika kalian sudah mengenalnya lebih dekat dan mengobrol berdua saja dengannya atau membaca tulisan-tulisannya kalian akan langsung merasa bahwa mereka adalah tipe manusia pemikir dengan nuansa spiritual yang sangat dalam.

Menyukai Kebijaksanaan

Bagi para old-soul kebijaksanaan adalah nutrisi yang memperkaya kehidupan. Oleh karena itu, mereka biasanya senang membaca dan menyukai untuk bertukar cerita mengenai pengalaman hidup yang mengandung hikmah dan pelajaran. Cerita-cerita tersebut pada umumnya sangat jarang didapatkan dari orang-orang dengan umur yang sebaya dengan mereka. Terutama, dimasa-masa awal kehidupan. Dimana orang-orang justru lebih banyak ceroboh dan sedang terfokus untuk mengejar hal-hal yang bersifat duniawi. Inilah yang membuat para old-soul lebih nyaman berinteraksi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua dari mereka.

Jarang Curhat Dengan Teman Sebayanya

Para old-soul yang dianugerahi dengan rasa empati yang dalam biasanya mengemban tugas sebagai penerima curhat dalam kelompok. Mereka adalah tipe manusia yang gampang iba dan berintegritas sehingga sanggup mendengarkan keluh kesah nan panjang sekaligus merespon curhatan dengan penuh belas-kasih dan kesabaran. Semata-mata tulus. Tanpa ada tendensi untuk menjadikannya lelucon, menyebarkannya ke khalayak umum atau mengambil keuntungan.

Di sisi lain, meskipun begitu para old-soul ini justru akan sangat jarang mencurahkan isi hati mereka kepada teman-temannya. Hal ini terjadi bukan semata-mata karena mereka tertutup. Tapi, biasanya diakibatkan oleh ketidakmampuan orang lain dalam menanggapi dan merespon cerita-cerita mereka dengan tingkat ketulusan dan kesabaran yang sama.

Karena para old-soul cenderung lebih senang memerhatikan gesture lawan bicaranya, mereka bisa menjadi begitu mudah untuk terhubung dengan perasaan orang lain. Sekilas mereka menangkap bahwa lawan bicaranya tidak sabar untuk kembali berbicara tentang diri sendiri dan hanya mendengarkan cerita mereka setengah hati, seketika itu pula para old-soul akan malas bercerita.

Selera Yang Tidak Biasa

Karena cenderung pemilih, para old-soul biasanya anti-mainstream dan memiliki selera yang berbeda dari orang-orang seusianya. Selera mereka seringkali dianggap aneh karena tidak sesuai dengan umur mereka. Seperti misalnya mengoleksi barang-barang antik, membaca buku-buku klasik, mendalami seni dan literatur atau mendengarkan lagu-lagu zaman dulu yang menimbulkan perasaan nostalgia.

Pemikir Yang Dalam

Kemampuan merefleksi diri pada orang-orang old-soul membuatnya terbiasa untuk menganalisa segala sesuatu. Sehingga menampilkan kesan sebagai pemikir rasional dalam persona kepribadian mereka.

Kecenderungan rasional membuat mereka menjadi sosok yang tegas serta tidak mudah untuk dipengaruhi. Sehingga jarang sekali bersikap fanatik, menggebu-gebu atau condong pada satu kelompok tertentu. Hal ini membuat pemikiran mereka menjadi jelas dan bijaksana serta berorientasi pada hal-hal yang sifatnya kemanusiaan.

Idealismenya dalam membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik; bukan sekedar bagaimana mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya, seringkali menjengkelkan orang-orang yang tidak sejalan. Sehingga menjadikan mereka kurang dianggap dalam lingkup pergaulan sosial. Meskipun begitu, orang-orang old-soul biasanya tidak akan memedulikan hal tersebut. Mereka akan tetap teguh pada prinsip yang mereka yakini benar.

Seringkali Intuitif

Orang-orang yang intuitif bisa memahami banyak sesuatu tanpa belajar. Hal ini terjadi karena mereka adalah orang-orang yang introspektif dan pengamat. Segala apa yang mereka dengar, lihat dan rasakan ibarat potongan puzzle yang bisa disambung menjadi sebuah pesan yang mencerahkan kehidupan. Sekilas, mereka terdengar ajaib dan nampak seperti cenayang. Padahal proses berpikir mereka yang rumitlah yang menjadikan mereka demikian. Jika kalian ingin mendengar sudut pandang yang jujur namun tetap anti-mainstream mengenai suatu hal, orang-orang old-soul adalah jenis manusia yang paling tepat untuk dijadikan teman berbincang.

Artikel ini saya dedikasikan bagi kalian; teman-teman pembaca. Dengan harapan untuk lebih memahami orang lain lebih baik lagi. Atau bagi orang-orang yang sedang kesulitan mendefinisikan tentang siapa diri mereka.

Nasehat Untuk Diri Sendiri

Wednesday, June 17, 2020

Beberapa waktu yang lalu seorang tamu laki-laki berusia lima puluh tahun datang ke rumah kami. Kebetulan waktu itu sekitaran tengah hari dan di rumah hanya ada saya beserta seorang adik laki-laki yang sedang bersantai menonton televisi. Saya tidak menyadari ketika tamu tersebut datang mengetuk pintu rumah kami. Hanya saja saya sempat kaget saat melihat wajahnya sekilas di jendela. Mengintip keberadaan kami.

Adik saya yang juga melihat dan mendengar suara ketukan tersebut segera saja bergegas menuju pintu untuk membukanya. Dan si tamu laki-laki itu pun menanyakan keberadaan ayah saya. Singkat cerita, adik saya pun  mempersilahkan tamu itu untuk masuk ke dalam rumah dan menunggu.

Karena saat itu adik saya akan mengikuti perkuliahan online, tamu itu pun diminta oleh adik saya untuk menunggu sebentar di ruangan tamu setelah berbasa-basi dan menyuguhinya secangkir kopi.  Saat itu, saya sudah berada di dalam kamar dan memang berniat untuk tidak keluar menemui tamu tersebut dikarenakan saya sedang memakai pakaian santai yang cukup pendek sehingga membuat risih jika harus mendadak bertemu dengan orang lain.

Tamu tersebut memang sudah seringkali datang ke rumah kami. Dan tidak pernah mengabari terlebih dulu sebelumnya. Biasanya dia datang sesudah maghrib dan baru pulang saat larut malam seusai mengobrol selama berjam-jam. Kadang kala kami merasa jengkel karena malam hari itu seharusnya menjadi waktu untuk bersantai atau beristirahat bersama keluarga setelah seharian lelah beraktivitas di luar.

Ketika tadi membuka pintu pun, adik saya sebenarnya sudah memberikan kode bahwa “di rumah tidak ada siapa-siapa” dan “dia tengah sibuk mengikuti perkuliahan online” sebagai isyarat halus bahwa dia sedang tidak ingin menerima tamu.

Tapi tamu tersebut hanya diam saja mendengar perkataan adik saya. Akhirnya, adik saya yang cukup tidak enakan itu pun dengan sedikit rasa enggan mempersilahkan tamu tersebut untuk masuk ke dalam rumah. Setelahnya, kami langsung menelpon orang tua agar segera pulang. Yang sayangnya tidak tersambung.

Saat itu adik saya mengikuti perkuliahan online sembari menemani saya di dalam kamar. Tapi, tidak lama kemudian kami mendengar suara chanel televisi di ruang tengah yang berganti-ganti. Adik saya yang penasaran menengok ke arah pintu kamar yang sedikit terbuka dan tamu itu sudah berada di sana. Sedang memindah-mindahkan chanel televisi tanpa seizin pemiliknya. Dia juga tidak segan-segan berbaring di atas kasur lantai dan merebahkan dirinya di atas bantal.

Sebenarnya ini bukan kali pertama tamu tersebut berperilaku tidak sopan di rumah kami. Dulu pun, ketika pertama kali datang ke rumah, saya menyaksikannya sendiri bahwa dia dengan santainya menelusuri rumah kami dan duduk di kursi di ruang tengah menonton televisi dengan salah satu kakinya sengaja dia angkat naik ke kursi. Saat itu, orangtua saya sedang sholat. Dan hanya saya saja yang melihat.

Akhirnya, orangtua saya pun datang tak lama kemudian. Saya menceritakan perilaku orang tersebut yang tidak sopan. Karena seenaknya menelusuri rumah orang lain tanpa izin dari pemiliknya bahkan tidak segan-segan menonton televisi dan merebahkan badan begitu saja di kasur lantai di ruang tengah keluarga kami.

Ibu saya pun menegurnya dengan sindiran halus agar tidak menyinggung perasaannya. Bahwa mungkin kami mau menonton televisi dan bisa saja merasa terganggu kalau ada dia. Dan seperti biasa orang itu selalu memposisikan dirinya sebagai korban tidak bersalah padahal umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.

 “Oh, mengganggu ya?” ucapnya tanpa dosa.

Ceritanya saya cukupkan sampai disini.

Sampai disini kira-kira hikmah apa yang bisa diambil? Tentu saja banyak. Salah satunya adalah bahwa saya semakin mengagumi ajaran agama Islam. Betapa lebih dari 1.400 tahun yang lalu Rasulullah S.A.W. yang mulia sudah mengajarkan umatnya untuk memperhatikan adab-adab dalam melakukan kegiatan bertamu ini. Yang meskipun kedengarannya sepele tapi pengaruhnya cukup besar.

Diantara beberapa adabnya adalah sebagai berikut:  

  1. Sebisa mungkin jangan bertamu di tiga waktu ini; selepas subuh (karena terlalu pagi) seusai adzan dzuhur (karena merupakan waktu untuk istirahat dan tidur siang) dan selepas isya (karena waktu untuk keluarga atau berisitrahat) Bahkan dalam Hadist disebutkan bahwa Rasulullah biasa tidur di awal malam (sesudah isya) dan membenci bercakap-cakap yang tidak bermanfaat seusai Isya kecuali pembicaraan yang membangun kedekatan bersama keluarga atau tentang ilmu agama.

  2. Mengucapkan Assalamu’alaikum 3 kali. Jika tidak ada sahutan; maka boleh mengetuk pintu 3 kali. Itu pun dengan ketukan yang tidak membuat penghuni rumah merasa diburu-buru dan terancam.

  3. Jika setelah mengetuk pintu masih tidak ada sahutan jangan sengaja mengintip keberadaan penghuninya lewat kaca jendela. Atau kalaupun tidak diijinkan maka lebih baik pulang. Dan jangan berburuk sangka terhadap sang pemilik rumah. Hal ini bahkan sudah tercantum di dalam Al-Quran Surah An-Nur ayat 28.

  4. Jika dibukakan pintu oleh penghuni rumah maka mintalah izin apakah diperbolehkan masuk rumahnya atau tidak. Menjawab salam tidak sama dengan mengizinkan masuk. Boleh jadi yang bertamu adalah seorang laki-laki dan yang menerimanya adalah perempuan. Ketika suami atau mahram perempuan tersebut tidak ada di rumah maka tamu laki-laki tersebut tidak boleh memaksakan diri untuk masuk dan menunggu di dalam rumah sehingga bisa menimbulkan fitnah. 

  5. Jangan menghadap pintu. Berdirilah di samping kiri atau kanan. Tujuannya; untuk menjaga pandangan. Rumah itu ibarat aurat bagi pemiliknya. Inilah gunanya meminta izin terlebih dahulu; untuk menjaga pandangan.

  6. Jangan berkeliaran di dalam rumah tanpa seizin tuan rumah atau mengedarkan pandangan pada seisi rumahnya karena itu tidak sopan.

  7. Jika sudah selesai menyampaikan keperluan segeralah pulang. Kecuali jika tuan rumah, menghendaki tamunya tersebut untuk diam di rumahnya lebih lama.

  8. Dianjurkan untuk membawa oleh-oleh bagi tuan rumah yang dikunjungi.

  9. Jika disuguhi makanan maka makanlah tanpa berpura-pura sudah kenyang.

  10. Ketika pulang maka doakanlah kebaikan bagi sang pemilik rumah dan maafkan segala kekurangannya ketika menjamu.
Tulisan ini terutama sebagai nasehat bagi diri sendiri. Syukur-syukur bermanfaat bagi orang lain.

Ngobrolin Mereka

Wednesday, March 4, 2020


Nggak adil rasanya jika dulu saya sudah pernah membahas tiga karakter perempuan fiksi tanpa gantian membahas versi cowoknya. Berhubung saya lagi mood nulis, berikut adalah tiga cowok fiksi teratas yang bakalan saya jadikan bahan untuk tulisan kali ini. Siapa aja mereka?

Mr. Darcy – Novel Pride & Prejudice by Jane Austen

Kalau kalian pernah baca novel Pride & Prejudice karangannya Jane Austen pasti udah nggak asing lagi sama tokoh fiksi laki-laki bernama Fitzwilliam Darcy. Dia ini adalah tipikal laki-laki yang bisa bikin cewek-cewek langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Sekaligus juga patah hati dan kesal di waktu yang bersamaan. Soalnya nih; meskipun banyak yang naksir… Darcy itu sangat pemilih dan sulit untuk dibikin senang. 

Darcy juga tipikal orang yang sangat logis dan pintar. Makanya, Darcy ini sering banget sebal sama perempuan-perempuan genit yang terlalu giat menarik perhatiannya. Dan ketika Elizabeth Bennet datang, Darcy pun kena batunya. Si cowok sombong ini akhirnya menemukan partner yang sepadan dengan dia dalam hal kecerdasan. Yang membuat dirinya kepikiran dan akhirnya jatuh cinta.

“Sia-sia saja bagiku. Aku tak sanggup lagi menahan perasaanku. Ijinkanlah aku mengatakan kepadamu betapa aku mengagumi dan mencintaimu,” ucap Mr. Darcy pada Elizabeth.

Tapi, tapi... nggak mungkin dong ya; cuman gara-gara kalimat itu aja Mr. Darcy sampai punya banyak fans wanita garis keras di seantero dunia. Bahkan hingga beratus-ratus tahun lamanya masih tetap seperti itu. Ya, emang nggak mungkin sih kalau hanya sekedar mengandalkan kata-kata.

Apalah pula artinya kata-kata. Apalagi buat mendapatkan tipe perempuan cerdas kayak Elizabeth Bennet yang sama-sama pintar dan menggunakan logika.

Kalau kamu pernah baca novelnya; kamu pasti bakalan mengerti jika sikap Mr. Darcy nggak cuman sampai disitu aja. Tapi jauh lebih rumit dan menarik dibandingkan itu semua! Pikirkan gimana caranya laki-laki yang awalnya digambarkan menyebalkan bisa jadi tokoh fiksi paling legendaris idaman kaum hawa di seluruh dunia ini selama berabad-abad.

Kalau kalian pernah mencoba googling dan iseng-iseng cari namanya, ternyata banyak banget orang-orang di dunia ini yang membahas tentang karakter Mr. Darcy tersebut. Berikut juga dengan sejumlah alasan kenapa laki-laki itu bisa kelihatan atraktif banget di mata perempuan.

Terlepas dari sebagian besar orang-orang yang ngefans sama Mr. Darcy karena dia menampilkan kesan cowok dingin yang misterius, saya pribadi malah merasa sudah cukup dengan tipe laki-laki yang modelnya seperti itu. Seringnya, saat kembali ke dunia nyata saya justru malah banyak ketipu sama laki-laki yang eksteriornya demikian. Kirain sebelas-dua belas sama Mr. Darcy dalam tingkat kemenawanan dan kecerdasan. Taunya emang tipikal cowok bingung yang nggak tau mau ngomong apa. Nggak heran kalau pada diem. Dan diem. Dan diem. (Hehehee...)

Saya justru lebih tertarik sama Mr. Darcy karena dia punya pendapatnya sendiri dan cukup bijaksana dalam menyuarakannya. Meksipun Mr. Darcy jadi terkesan frontal dan to the point, jangan bayangkan jika dia adalah tipikal pria kasar yang suka ngomong seenaknya. Malah justru kelakuannya sopan banget.

“Tidakkah kau merasakan dorongan yang kuat, Miss Bennet, untuk berdansa diiringi lagu ini?” tanya Mr. Darcy. Elizabeth tersenyum tapi tidak menjawab. Mr. Darcy mengulangi pertanyaannya dengan sedikit nada terkejut karena Elizabeth diam saja.

“Oh!” katanya, “aku mendengarmu, tapi aku tidak bisa langsung memutuskan jawabanku. Aku tahu kau menginginkanku mengatakan ‘Ya’ agar kau bisa menghina seleraku; tapi, aku selalu siap untuk menolak siasat itu dan mengecewakan orang yang berpikiran buruk tentangku. Oleh karena itu, aku mengambil keputusan dan memberitahumu bahwa aku sama sekali tidak ingin berdansa denganmu – dan sekarang, hinalah aku kalau kau berani.”

“Sungguh, aku tidak berani."

Elizabeth yang telah siap melawan, terperangah melihat kesopanan Mr. Darcy. 

Namun, bagi Darcy, perpaduan antara kelemahlembutan dan kekeraskepalaan dalam sikap Elizabeth tidak terlihat sebagai suatu penghinaan. Dan Darcy tidak pernah seterpesona itu kepada seorang wanita sebelumnya. Dia yakin, seandainya kelas sosial Elizabeth tidak lebih rendah darinya, dirinya akan berada dalam kesulitan besar. 

(Pride & Prejudice hal. 80-81)

Dulu banget, saya pernah membayangkan jikalau Mr. Darcy itu hidup di dunia nyata, pastilah dia bukan tipe laki-laki yang bakalan ngajak perempuan jalan-jalan tapi nggak tau mau pergi kemana. Soalnya (masih) menurut saya, dia itu tipe laki-laki yang punya prinsip dan perencanaan yang matang. Ketimbang terus-terusan nanya mau nonton atau makan dimana yang kemungkinan besar bakal dijawab dengan kata-kata ‘terserah’; dia pasti udah bisa menentukan keputusannya sendiri.

Sikapnya yang jelas dan sederhana itulah yang bikin Mr. Darcy jadi keliatan laki banget. Siapa sih perempuan normal yang nggak suka sama cowok yang laki banget? Nggak ada lah yang nggak bakalan suka! Semuanya pasti suka. Selain itu, hal lain lagi yang bikin banyak perempuan mengidolakan Mr. Darcy sampai kapan pun adalah karena Mr. Darcy telah bersikap cerdas dengan jatuh cinta dan memilih Elizabeth, mostly, karena kepribadiannya.

Selama ini saya sering mendengar ketika seseorang ditanya mengapa dia mencintai pasangannya, orang-orang cenderung akan menjawab, ‘Dia membuatku nyaman.’ Tapi, ketika rasa nyaman itu hilang karena konflik dan kekurangan yang dia lihat dari pasangannya, dia begitu mudah meninggalkan pasangannya dengan alasan, “Aku sudah nggak nyaman lagi sama kamu.”

Padahal menurut saya kenyamanan adalah salah satu pertanda bahwa kamu mencintai pasanganmu. Tetapi tentu saja itu nggak boleh menjadi satu-satunya alasan mengapa kamu mencintai pasangan. Kamu mencintai pasangan bukan semata-mata hanya karena kenyamanan yang dia berikan. Tetapi karena segala kepribadian pasangan yang kamu lihat.

Sebuah hubungan yang dimulai dan menuhankan kenyamanan akan bersifat egois karena masing-masing pihak hanya akan mencari kepuasan ego dari hubungan tersebut. Lagipula, nggak ada hubungan apapun di dunia ini yang selamanya akan terasa nyaman. Semua pasti ada batu-batu dan kerikilnya.

Untungnya, Mr. Darcy bukan tipe laki-laki yang menuhankan kenyamanan di atas segala-galanya. Meskipun menghadapi berbagai macam persoalan dengan Elizabeth, alih-alih menyalahkan takdir apalagi pasangannya, laki-laki itu tetap berusaha keras untuk menyelesaikan urusannya dengan sikap yang dewasa dan bijaksana. Singkat kata; mengapa Mr. Darcy begitu atraktif dan melegenda di benak para wanita selama berabad-abad adalah karena dia tidak egois; meskipun dia punya cukup banyak kualitas bagus dalam dirinya yang bisa menjadikannya untuk egois. 

Dan bagi perempuan, sikap realis-kontradiktif yang ditunjukan oleh Mr. Darcy itulah yang bikin dia makin keliatan laki banget. (Sekali lagi) siapa sih cewek normal yang nggak akan suka sama pria yang laki banget? Jawabannya udah pasti nggak bakalan ada! Jadi jangan tanya lagi mengapa Mr. Darcy bisa sebegitu menariknya di mata kami. Jawabannya sederhana aja; karena dia laki banget.

Mr. Knightley – Novel Emma by Jane Austen

Mr. Knightley ini adalah salah satu tokoh fiksi favorit saya yang sikapnya paling realistis, tegas, dan dewasa. Jangan sekali-kali bilang Mr. Knightley punya sikap romantis. Karena dia bahkan nggak romantis sama sekali; seperti definisi orang-orang kebanyakan. Dan memang gak perlu. Selama ini banyak orang yang mendefiniskan kata romantis sebagai sebuah sikap. Padahal, kalau menurut saya pribadi, romantis itu seharusnya hanya menjadi sebuah perayaan atau selingan kecil yang sesekali aja. Dan Mr. Knightley adalah contoh sempurna dari penjelasan ini.

Makanya, mungkin saya nggak perlu heran kenapa Mr. Knightley yang tegas bisa terasa begitu manis padahal dia nggak romantis apalagi melankolis. Karena sehari-harinya Mr. Knightley memang selalu bersikap logis dan realistis. Sehingga ketika dia sedang tidak bersikap demikian; dunia berubah. Saya ingat banget kata-kata Mr. Knightley saat berdebat dengan Emma yang setiap kalimatnya begitu berkesan bagi saya.

“Kau melihatnya menulis surat jawaban! Pasti kau yang menuliskannya, Emma, ini pasti ulahmu. Kau membujuknya supaya menolak.” 

Sudah jelas Emma tidak berniat membantah pernyataan ini secara langsung, jadi dia memilih untuk mengikuti caranya sendiri. 

Dan Mr. Knightley meneruskan kembali kata-katanya. 

“Aku selalu menganggap persahabatan kalian ini bodoh sekali,” kata Mr. Knightley, “meskipun aku hanya menyimpan penilaianku itu untuk diriku sendiri, sekarang aku yakin bahwa ini akan sangat merugikan Harriet. Kau akan mencekokinya dengan gagasan mengenai kecantikannnya sendiri dan kelebihan-kelebihannya yang hanya ada dalam bayangannya, hingga dia akan menganggap bahwa tak seorang pun dalam jangkauannya akan dianggapnya cukup baik baginya. Sifat suka pamer pada gadis yang tidak terlalu pintar hanya akan menimbulkan kerusakan. Tidak ada gunanya bagi seorang gadis jika melambungkan harapannya terlalu tinggi. Miss Harriet Smith mungkin tidak akan kebanjiran lamaran meskipun dia sangat cantik. 

Lelaki yang mementingkan akal sehatnya, terserah apapun komentarmu, tidak ingin memiliki istri yang bodoh. Lelaki yang mementingkan keluarganya tidak akan berminat berhubungan dengan perempuan yang keluarganya tidak jelas. Dan sebagian besar laki-laki yang bijaksana pasti mengkhawatirkan perasaan tidak nyaman dan malu yang akan mereka alami jika misteri seputar orangtua gadis itu terungkap. 

Biarkan Harriet menikah dengan Robert Martin dan dia akan aman, terhormat dan bahagia selamanya. Jika kau menyemangatinya untuk bercita-cita menikah dengan kalangan atas dan mengajarinya supaya baru merasa puas jika dapat menggaet pria berpangkat dan kaya raya, dia justru akan menjadi orang yang menumpang pada Mrs. Goddard seumur hidupnya. Atau minimal sampai dia putus asa dapat menggaet anak laki-laki seorang guru miskin.” 

Sepanjang saya baca novel; terutama novel-novel roman, sangat jarang saya bisa menemukan tipikal tokoh utama pria di dalam fiksi yang punya sifat dewasa dan berwibawa kayak Mr. Knightley. Cuman baru dia doang tokoh fiksi yang bisa berdebat seluwes itu dengan caranya yang jelas tapi tegas. Kebanyakan, kalo tokoh prianya gak terlalu dominan maka dia malah terlalu penurut. Yang ujung-ujungnya malah di friendzone. Dan selamanya hanya akan jadi gebetan.

Terkait dengan sikap Mr. Knightley saat sedang tidak bersikap logis dan realistis (Sebenarnya mengutarakan perasaan nggak bisa dibilang tidak logis dan tidak realistis juga sih) Tapi, anggap aja demikian. Saya jadi ingat kata-katanya pada Emma ketika mereka sedang berjalan-jalan.

“Sebagai teman,” ulang Mr. Knightley. “Emma, itu kata yang kukhawatirkan. Tidak, bukan itu yang kuinginkan. Tapi, untuk apa aku ragu-ragu. Kuterima tawaranmu meskipun kelihatannya janggal, aku akan menerimanya dan akan berbicara padamu sebagai seorang teman. Coba katakan, apakah aku punya peluang untuk menjadi lebih dari sekedar teman? --- Aku tidak dapat berbicara dengan kata-kata yang berbunga-bunga, Emma,” laki-laki itu meyakinkan. “Seandainya aku tidak terlalu mencintaimu, mungkin aku akan lebih banyak berbicara. Tapi, kau tahu aku ini seperti apa.”

Coba bayangkan laki-laki ganteng yang sehari-harinya selalu bersikap tegas dan cenderung sinis tiba-tiba aja jadi malu-malu kucing sambil ngomong kayak gitu. Memang sih, seringnya hal-hal di dunia itu justru malah lebih terasa bermakna ketika kita hanya sesekali aja melakukannya.

Can Divit – Drama Serial Turki; Erkenci Kus

Kalau dua tokoh di atas diambil dari buku novel karangannya Jane Austen; Can Divit ini adalah tokoh utama pria yang ada di drama serial Turki; Erkenci Kus. Seumur-umur saya nonton film; saya belum pernah ngerasa nge-fans banget sama tokoh pria manapun sampai-sampai saya niat banget untuk follow IG aktornya; kecuali pas saya nonton film ini. Satu-satunya film drama sebelum ini yang berhasil nggak bikin saya bosen nontonnya cuman drama Korea yang judulnya; She was Pretty. Dan itu pun saya nggak pernah terbersit niatan untuk follow IG aktor utamanya. 

Lupakan Descendant of the Sun yang kata banyak orang lucu dan romantis. Saya nggak pernah bisa tamat nonton filmnya. Karena keburu ngantuk dan ketiduran. Mungkin saya punya definisi lucu yang berbeda sama orang-orang kebanyakan. Dan mungkin juga saya tipe yang nggak pedulian sama hal-hal yang romantis dan lebih milih ketawa-ketawa bahagia nonton film rom-com macam Erkenci Kus.

Bagi saya Can Divit itu lucu banget. Apalagi pas dia lagi makan buah. Terutama buah anggur dan strawberry yang ukurannya kecil-kecil. Saya sampai hapal banget episode mana aja pas dia lagi makan buah saking udah beberapa kali nonton filmnya. Bagi saya, adegan Can Divit makan buah itu keliatan nggak nyambung aja sama penampakan badannya yang tinggi besar.

Dalam bayangan saya sih; seharusnya kalau cowoknya tinggi besar kayak dia; apalagi brewokan terus rambutnya gondorong-gondrong berantakan; nggak cocok banget makan strawberry. Lebih cocokan makan nangka atau kelapa yang bukanya susah. 

Dan seringkali saya juga setuju kalau hidup ini kadang jangan nyambung-nyambung banget juga. Harus ada bagian nggak nyambungnya biar seru dan berwarna. Makanya, saya suka ngerasa lucu aja kalau liat dia yang penampilannya kayak gitu lagi makan buah-buahan kecil macam anggur dan strawberry.

Di film itu, Can Divit digambarkan sebagai sosok pria berjiwa bebas dan kreatif. Dia juga tipe laki-laki yang go-getter. Alias kalau dia udah mau sesuatu bakalan diusahakan semaksimal mungkin. Menurut saya, gaya rambut gondrong dengan aksesoris yang dimana-mana itu emang cocok banget buat orang yang tipenya go-getter kayak dia. Selain karena… yah secara genetik dia sudah memenuhi 3 syarat utama untuk berpenampilan gondrong dan messy. Yaitu badannya tinggi besar, bahunya lebar dan garis rahangnya kuat; yang dipertegas dengan bentuk hidungnya yang mancung sempurna. Gaya berpakaiannya juga pas banget apalagi kalau dia udah pakai sepatu boots. 

Selain penampilan, hal lain yang bikin Can Divit terlihat atraktif selanjutnya adalah karena dia kontradiktif. Selama ini kita telah dibutakan dan disesatkan dengan kata-kata yang keliru bahwa kunci pertama pembuka pintu hati perempuan adalah romantisme dan perhatian. Tapi masih aja selalu menjadi misteri ketika datang tipe laki-laki yang membawa sifat-sifat demikian namun ujung-ujungnya tetep ditolak juga. 

Ya, karena memang bukan itu jawabannya, sih. 

Jauh diatas itu semua dan disadari atau tidak; perempuan suka laki-laki yang kontradiktif. Dan bisa membahagiakan dirinya sendiri.

Secara umum sikap-sikap tersebut ada dalam diri Can Divit. Secara penampilan dia berantakan tapi enak dilihat. Dia juga kaya tapi sederhana. Secara sikap dia nggak mudah percaya orang tapi cukup toleransi sama orang lain. Dia suka traveling tapi juga suka baca buku. Dia perhatian tapi nggak berlebihan. Temen-temennya banyak tapi dia lebih suka sendirian. Yang naksir juga banyak tapi dia setia banget sama satu orang perempuan. Dan dia ngelakuin itu semua secara alami; karena benar-benar nyaman dengan dirinya sendiri. Itulah yang bikin karakternya kelihatan atraktif. Sehingga dia jadi keliatan dua kali lipat lebih ganteng dan menarik dibandingkan cowok-cowok kebanyakan. 

Pokoknya, sejauh ini bagi saya pribadi; belum ada Tv-hero yang chemistry-nya lebih keren daripada dia.

Cerita Tentang Sepatu Boots

Thursday, February 27, 2020


Seberapa penting arti sepatu bagi wanita? Yang jelas sih kalau bagi saya; penting banget. Karena saya paling tidak tahan jika harus pakai sepatu yang bikin kaki saya lecet. Oleh karena itu, saya lebih baik sabar menabung untuk beli sepatu yang agak pricey tapi kualitasnya bagus dan nyaman dipakai; dibandingkan terpaksa menghamburkan uang untuk terus-terusan beli sepatu yang hanya tahan dipakai selama 3 bulan. Dengan alasan biar sepatunya banyak dan bisa diganti-ganti kalau sedang bosan. Lagipula, saya itu termasuk tipe orang yang agak malas untuk berbelanja jika tidak terlalu penting dan mendesak. Dan beli sepatu 3 bulan sekali menurut saya akan sangat merepotkan. 

Setiap wanita di dunia ini pasti punya model sepatu favoritnya masing-masing. Dan terlepas dari situasi apapun dan aturan apapun; sepatu favorit saya dari dulu sampai sekarang adalah boots. Lebih tepatnya ankle boots. Itu, lho, sepatu boots yang tingginya hanya semata kaki. Meskipun pada kenyataannya saya lebih sering pakai sepatu jenis lain, sih. Karena memang pakai sepatu boots itu sedikit ribet. Apalagi kalau saya sedang buru-buru. Dan memang untuk orang-orang yang hidup di negara tropis kayak saya; pakai sepatu boots itu akan bikin penampilan terlihat lebih stand-out dikeramaian. 

Entah kapan pertama kali saya jatuh cinta dengan sepatu boots ini. Yang pasti saya merasa sepatu boots mencerminkan jiwa saya banget. Disaat teman-teman perempuan saya keranjingan memakai flat-shoes; saya justru lebih suka dengan sepatu boots yang lebih sering dipakai oleh laki-laki. Tapi apakah saya perempuan tomboy? Sama sekali bukan. Lalu kalau begitu apakah saya perempuan feminim? Bisa jadi bukan juga. Karena saya lebih suka pakai baju warna gelap dan tidak begitu suka penampilan yang terlalu feminim seperti shabby-chic yang motifnya dipenuhi warna-warna pink-pastel dan bunga-bunga. Saya lebih suka penampilan yang mengkombinasikan keduanya. Dulu saya pernah nulis di postingan ini.

Ada dua alasan kenapa saya menyukai sepatu boots:

Pertama; kenyamanan 

Dibanding pakai high-heels yang beresiko membuat kaki pegal-pegal jujur saja saya lebih suka pakai sepatu boots karena alasan kenyamanan. Apalagi ketika saya naik motor. Hanya sepatu boots yang menurut saya tingkat safety-nya paling aman dibandingkan kalau saya pakai sepatu-sepatu jenis lainnya. Alas kaki yang menurut saya paling berbahaya untuk naik motor adalah model mules (yang bentuknya setengah sandal setengah sepatu) karena mudah sekali untuk terlepas. Saya sudah lama mencoret mules dari daftar alas kaki favorit saya. 

Kedua; fashionable

Tampilan boots yang edgy kelihatan keren banget di mata saya. Apalagi kalau dipadu-padankan dengan rok dan atasan bertema bohemian yang menjadi fashion statement favorit saya. Sepatu boots bikin orang yang pakainya kayak punya punya jiwa seni dan gaya sendiri. Kalau dia laki-laki, pakai sepatu boots bisa bikin auranya keliatan macho banget. Sementara kalau dia perempuan dan pakai sepatu boots entah kenapa kesannya keren aja. Bisa dipastikan perempuan yang suka pakai sepatu boots bukanlah tipikal perempuan pasif-agresif yang ngomongnya nggak apa-apa padahal kenyataannya sedang menghukum kamu dengan silent treatment. 

Sedikit tips buat kalian yang ingin bergaya dengan sepatu boots; jika tubuh kalian tidak terlalu tinggi pilihlah boots dengan model ankle boots yang tingginya hanya semata kaki. Sehingga jika dipakai tidak akan membuat badan tenggelam. 

Toxic Positivity: Niat Baik Yang Tak Berujung Baik

Monday, October 28, 2019



Mari kita akui bahwa tidak semua hari berjalan seperti yang diinginkan. Ada kalanya manusia menjalani hari–hari yang sangat berat dan menyedihkan. Manusia tidak bisa selalu berada dalam kondisi puas dan bahagia. Oleh karena itu,  kita pun pasti pernah mendapati seseorang yang bercerita mencurahkan perasaan sedihnya kepada kita.

Namun alih-alih berempati pada perasaannya, kita seringnya malah langsung menasehati perilaku orang yang bercerita tersebut. Membanding-bandingkan masalahnya dengan masalah kita yang menurut ukuran kita jauh lebih besar. Dan menyemangati mereka untuk segera melupakan masalahnya tersebut. Padahal yang benar-benar dibutuhkan oleh orang-orang dengan beban emosional adalah rasa empati.

Beban emosional adalah sesuatu yang menyakitkan. Tidak semua orang dianugerahi mental yang kuat dan hati yang sabar. Masalah yang dipandang sepele bagi orang lain belum tentu juga sepele bagi dirinya. Langsung memberikan nasehat tanpa proses validasi emosi pada orang-orang dengan beban emosional, ibarat kita sedang  memaksa mereka untuk menimbun perasaan negatifnya. Yang lama kelamaan bisa membesar dan mengakibatkan dampak buruk pada kejiwaan dan raga.

Memberikan nasehat semacam, “Udahlah move on aja!” atau “Nggak ada orang yang diuji lewat batas kemampuannya kok. Yang ada itu cuman orang yang nggak mau bersabar!” bisa jadi bagi sebagian orang terdengar menyakitkan. Alih-alih diterima sebagai niat yang baik, kata-kata penyemangat semacam itu justru bisa membuat orang-orang dengan beban emosional merasa tidak berarti. 

Mereka bisa saja malah semakin tidak percaya diri untuk mencurahkan perasaannya karena khawatir dihakimi lemah atau pengecut karena terkesan mengeluh.

Maka jangan heran, jika banyak orang yang meskipun dari luar tertawa riang dan bahagia namun pada akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Karena mereka tidak kuat lagi memendam perasaannya sendiri.

Barangkali kitalah sebagai masyarakat yang menjadi pemicunya. Kita gagal berempati pada perasaan orang lain. Kita memaksa mereka untuk mengabaikan perasaan-perasaan negatifnya dengan menyuruh untuk selalu bersikap positif. Padahal tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang bisa terus-menerus merasa positif dan bahagia seumur hidupnya.

Coba bayangkan skenario ini:

Kamu mengalami hari yang buruk. Tidak sengaja bertemu dengan mantan yang baru saja putus seminggu yang lalu karena dia selingkuh. Padahal kamu sedang mencoba move on. Lantas, kamu pun bercerita kepada temanmu. Bahwa meskipun kalian sudah putus kenyataannya kamu masih sangat mencintai mantanmu itu. Kira-kira mana respon di bawah ini yang menurutmu terdengar lebih empati?

Respon pertama:

“Udahlah move on aja! Nggak pantas tahu mengharapkan dia. Lagian emang kamu mau diselingkuhin lagi kalau balikan?"

Respon kedua:

“Pasti dilema banget ya kalo jadi kamu. Aku juga nggak kebayang. Apalagi kamu baru aja putus. Yang sabar ya..."

Dari dua respon di atas, respon kedua terdengar lebih empati dan tidak menghakimi, bukan? Karena si pendengar pertama-tama memvalidasi emosi orang yang curhat kepadanya sebelum memberikan nasehat. Inilah hal penting yang hilang dari kebanyakan orang-orang di masa kini ketika berhadapan dengan orang yang sedang curhat.

Jika kamu berempati tunjukan bahwa kamu mendukung mereka dengan memvalidasi emosinya terlebih dahulu. Kamu bisa mengatakan, “Wajar kok kalau kamu kecewa,” atau “Iya ya dia memang menyebalkan,” atau bisa juga “Duh pasti nggak enak banget ya.” 

Dibandingkan jika kamu malah langsung memberikan kata-kata nasehat atau penyemangat, semisal: “Udahlah lupain aja!” atau “Ngapain sih dipikirin mulu!” yang justru malah membuat mereka menjadi semakin sedih dan patah semangat karena perasaannya nampak tidak penting dan diabaikan.

Ketika orang yang curhat dengan kita tersebut sudah tuntas dengan apa yang ingin dia ceritakan, barulah kita bisa memberikan semangat positif di tahap akhir. Ini jauh akan lebih baik karena mereka sudah melepaskan emosinya sehingga bisa diajak berpikir secara sadar untuk menerima kesedihannya.