Perjamuan Luka

Thursday, May 16, 2019


Hari ini saya sedang menunggu seorang laki-laki. Bisa jadi laki-laki itu adalah kamu, kamu atau kamu. Dengarkan baik-baik penjelasan saya ini. Saya adalah seorang wanita yang mendapatkan kesenangan dari berpindah ke satu lelaki ke lelaki lain untuk melukai hati laki-laki.

Ada kepuasan tersendiri di saat saya pergi meninggalkan mereka yang berdarah-darah mengharap cinta saya. Dulu saya tidak begitu. Tapi seorang laki-laki yang saya cintailah yang mengajarkannya kepada saya. Di saat saya sedang cinta-cintanya, dia malah tega pergi meninggalkan saya yang berurai air mata. Dia pergi bersama perempuan lain.

Sekarang saya melakukan hal yang sama kepada lelaki lain. Sebagaimana dulu saya diperlakukan hal yang serupa oleh laki-laki yang saya cintai. Entah berapa puluh laki-laki yang telah melabuhkan cintanya kepada saya dan berakhir kecewa. Saya tertawa puas melihat mereka. Memohon-mohon dan mengiba-iba di bawah kaki saya. Mengharapkan cinta saya.

Sayangnya, hanya perempuan bodoh yang akan luluh hatinya oleh belas kasihan setelah dia pernah dipermainkan. Saya bahagia menjalani peran baru saya. Saya ingin terus mencari dan melukai lebih banyak lagi laki-laki.

Sampai pada suatu hari saya melihat seseorang yang bersandar pada anjungan sebuah kapal yang menepi di pantai. Saya terkesima dengan senyum laki-laki itu dan juga dengan ombak badai di rambutnya. Hidupnya berbinar dan saya ingin masuk terlibat petualangan di dalamnya.

Untuk pertama kalinya, keinginan menyakiti hati laki-laki sirna. Berganti keinginan untuk memilikinya.

Terserah apa kata orang. Saat itu saya sedang buta. Maka saya putuskan untuk nekat mengirimi laki-laki itu sebuah surat cinta.

Untukmu,
seseorang yang seperti matahari. 
Cahayanya dekat tetapi menjangkaunya nampak begitu jauh.

Aku jatuh cinta padamu. Mungkin ini hanya bias semata. Sebuah kesimpulan yang terlalu cepat dibuat. Tapi aku harap kau menerima cintaku. Terimalah cintaku ini dengan hidupmu yang beriak. Aku terlampau letih dalam kesunyian.

(Aku)
Perempuan sunyi yang menikahi puisi

Begitulah surat itu saya tulis. Dan beberapa hari kemudian laki-laki itu membalas surat cinta saya.

Kau tahu apa isinya?

Mengerikan.

Dia bilang dia menolak cinta saya. Tapi dia menawarkan sesuatu yang lebih spesial yang bisa dia berikan kepada saya secara cuma-cuma. Secara gratis.

Hmm... Apa dia pikir saya membutuhkan sesuatu dari dia selain cinta? Padahal yang saya inginkan hanyalah cinta agar saya bahagia. Baiklah. Saya menerima tawarannya. Saya masuk. Terjebak dalam permainannya.

Saya turuti semua keinginannya dan saya mereguk kesenangan yang semu bersamanya. Saya berharap saya bahagia. Meskipun dalam hati diam-diam saya menangis. Saya tetap tak bahagia.

Maka malam ini saya putuskan untuk membunuhnya; saja.

Saya ajak laki-laki itu bertemu dengan sebelumnya mengasah pisau dapur yang saya masukan ke dalam tas tangan saya. Saya akan menunggunya di taman.

Jangan heran apabila besok pagi kalian mendengar berita bahwa ada seorang laki-laki muda terbaring tewas di kamar hotel dengan pisau dapur menancap di dadanya.

Ssstt.... laki-laki itu datang. Dia berjalan menghampiri saya. Sebentar lagi dia akan merasakan balasannya. Karena hari ini saya sudah lelah - berpura-pura bahagia.


Bandung, Dini Hari

Pukul 02.02

Ketika Penulis Mencintaimu

Wednesday, May 15, 2019



Ketika penulis mencintaimu maka berhati-hatilah, karena cintanya abadi. Dia akan menulis namamu dengan tinta emas dan mengabadikannya dalam tulisan. 

Ketika penulis mencintaimu maka berhati-hatilah, dia merekam segala tingkah laku dan kata-kata. Menjadikannya sumber inspirasi.

Ketika penulis mencintaimu maka berhati-hatilah, karena dia ingat semua hal detail tentangmu dari caramu makan hingga caramu berjalan. Semua tentangmu akan dia tulis dengan rapi. Tidak ada satu pun yang bisa kau sembunyikan darinya. 

Ketika penulis mencintaimu, dia akan berimajinasi. Dia merancang skenario-skenario indah yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya. 

Ketika penulis mencintaimu, hujan dan malam hari menjadi waktu favoritnya. Karena dia meyakini hujan bisa membawa roh orang yang dipikirkannya. Dia menangkap rasa dan nuansa yang sama yang mengingatkannya padamu. 

Ketika penulis mencintaimu, maka waktu seolah-olah membeku. Kau akan melihatnya mengabadikan momen hidupnya denganmu dalam jalinan kalimat dan puisi.

Ketika penulis mencintaimu, dia akan memahami dirimu. Setiap gestur dan ekspresi wajah yang kau perlihatkan padanya menjadi penting. Dia akan menerjemahkan setiap perubahan kecil dalam dirimu ke dalam kode-kode yang hanya dipahami oleh dirinya. Dalam tiap-tiap tulisan, artikel dan juga hatinya.

Ketika penulis mencintaimu, dia akan menghilang sejenak. Dia menuliskan satu-persatu hal menarik yang dia temukan ada padamu. Dan itu belum cukup.

Ketika penulis mencintaimu, dia akan diam. Tapi pikirannya memutar skenario awal pertemuanmu dengannya seperti dalam film-film roman. 

Ketika penulis mencintaimu, sesekali dia akan melihat hidup dari cara pandangmu. Dia akan berusaha memahami motif terdalam kau melakukan sesuatu. 

Ketika penulis mencintaimu, maka berhati-hatilah. Hidupmu akan berubah. Kau takkan pernah merasa dicintai sedalam ini sebelumnya oleh siapapun. Dan dia akan selalu punya cara untuk menantangmu menjadi orang yang lebih baik lagi.  

Ketika penulis mencintaimu, mohon jangan kecewakan dirinya. Karena dia tidak akan pernah lagi mencintai siapapun dengan cara yang sama seperti yang dia lakukan padamu. 

Ketika penulis mencintaimu, maka sekali lagi berhati-hatilah. 

Penulis adalah obsesif jeli, dia akan menangkap segala hal yang menarik perhatiannya. 

Dan itu adalah kamu.

Kenapa Orang Tidak Suka Membaca



Salah satu alasan terbesar kenapa kita harus membaca buku adalah untuk menambah ilmu pengetahuan. Tapi sayangnya, masih banyak orang yang tidak suka membaca buku bahkan membencinya. Selain itu masih banyak pula manusia-manusia di dunia ini yang meremehkan orang-orang yang hobinya membaca. Padahal membaca memberikan kita banyak keuntungan. Keuntungan membaca selain untuk mendapatkan pengetahuan juga untuk melatih kepekaan dan rasa empati. 

Di zaman yang serba individualis ini, orang-orang dengan sikap empati sudah semakin langka, tergerus dan tergantikan oleh orang-orang dengan sikap materialistis, narsis dan apatis. Oleh karena itu, sebagai orang yang concern pada dunia pendidikan dan tertarik pada literasi, saya miris sekali ketika melihat generasi muda Indonesia saat ini terutama para siswa usia sekolah dasar hingga menengah, yang minat bacanya hanya bertahan di level itu-itu saja; sebatas membaca iklan, pesan singkat dan berita gosip. Tidak heran, jika tingkat literasi Indonesia di tahun 2018 terpuruk di peringkat 62 dari 70 negara berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PISA. Dan kemerosotan mental banyak terjadi dimana-mana yang diakibatkan karena kurangnya membaca.

Dari berbagai macam alasan yang melatar-belakangi keengganan orang-orang untuk membaca, sebenarnya ada tiga alasan utama yang membuat seseorang tidak suka membaca.

1. Membaca Nampak Tidak Keren

Sudah sejak lama kegiatan membaca diasosiasikan dengan sesuatu yang membosankan karena cukup duduk sendirian dan konsentrasi kamu sudah bisa membaca. Sementara itu kita tahu bahwa dunia tempat kita tinggal ini di dominasi oleh orang-orang ekstrovert; manusia-manusia petualang haus perhatian yang lebih senang mengobrol dan traveling alih-alih membaca.

Sehingga wajar saja jika banyak orang di luaran sana menghakimi kegiatan membaca buku sebagai aktivitas yang membosankan dan tidak mengasyikan karena memang presentase orang-orang yang senang membaca itu sangat langka dibandingkan keseluruhan penduduk dunia.

Selain itu hal ini juga diperparah dengan munculnya sebutan kutu buku yang dialamatkan kepada orang-orang yang senang membaca tersebut. Sebutan ini seringkali bukan ditujukan sebagai apresiasi pada yang menerima tetapi sebagai sarana mengejek dan mencela yang semakin diperparah dengan image kutu buku dalam tontonan yang digambarkan tidak menarik. 

Dua alasan ini pada akhirnya menumbuhkan mindset pada sebagian besar masyarakat Indonesia yang penduduknya masih awam akan manfaat literasi bahwa membaca buku itu tidak keren sama sekali. Hanya orang-orang yang kurang gaul dan tidak punya banyak teman yang melakukannya. Padahal, banyak orang-orang hebat di dunia ini dari mulai ilmuwan hingga pengusaha adalah para pembaca buku yang sangat akut.

2. Materi Bacaan Yang Tidak Menarik

Bagi orang yang awam akan literasi, menemukan materi bacaan yang menarik itu bisa sangat penting karena jika bacaannya menarik diharapkan hal tersebut mampu menumbuhkan motivasi untuk membaca buku lebih banyak lagi. Sayangnya, kesempatan ini seringkali disia-siakan terutama oleh pemerintah. 

Pemerintah seolah hanya aktif menyerukan pada sekolah-sekolah agar siswanya melek literasi dengan mengadakan program PPK (15 menit membaca sebelum belajar) dan memperbanyak kuantitas buku-buku pengetahuan dan buku-buku pengarang Indonesia zaman dulu tanpa mempertimbangkan bahwa anak-anak usia tertentu mempunyai topik-topik bacaan khusus yang mereka sukai seperti novel remaja (teenlit) yang sedang update dan jumlah kata yang mampu mereka baca dalam setiap bagiannya dalam rentang waktu tertentu. 

Berapa banyak masyarakat Indonesia yang selama hidupnya hanya sebatas pernah membaca novel klasik Sitti Nurbaya atau Salah Asuhan yang cukup berat itu pun hanya sekilas ketika di bangku SMA dan karena ditugaskan oleh guru Bahasa Indonesia. Yang ujung-ujungnya tetap membuat mereka tidak tertarik untuk membaca dan malah mengasosiasikan membaca sebagai kegiatan yang tidak menyenangkan. 

Buku-buku di perpustakaan yang tidak update dengan perkembangan zaman, jumlah kata yang terlalu banyak di setiap bagiannya serta jenis bacaan yang hanya itu-itu saja ibarat air yang memadamkan minat baca anak-anak Indonesia yang masih perlu untuk terus dimotivasi dengan bacaan-bacaan yang menarik. 

Saya tidak mengatakan bahwa karya sastra klasik Indonesia seperti Sitti Nurbaya dan Salah Asuhan tidak menarik. Kedua buku itu justru sangat bagus dan menarik dan anak-anak harus membacanya. Tapi, anak-anak juga perlu diperkenalkan dengan jenis buku lain yang update dengan perkembangan zaman. 

Mencontoh pada negara-negara maju di Eropa sana, anak-anak usia sekolah sedari awal sudah diperkenalkan dengan buku-buku klasik dan populer yang sedang update dari negaranya dan juga luar negeri yang sudah disadur ulang oleh pemerintah dimana jumlah kata per-bab-nya disesuaikan dengan jenjang pendidikan sang anak. Selain itu, di setiap chapter disisipkan pertanyaan-pertanyaan terkait bab yang mereka baca dan harus mereka jawab. Sehingga guru yang mengajar di kelas bisa memastikan bahwa anak-anak yang melaksanakan program PPK memang benar-benar membaca bukan hanya sekedar membolak-balik halaman buku. 

Seharusnya Indonesia juga seperti itu. Pemerintah seyogyanya menyiapkan tim untuk menyadur buku-buku klasik dan populer dalam dan luar negeri yang jumlah kata di setiap bab dalam buku yang disadur disesuaikan dengan rentang usia, waktu dan pendidikan anak. Lalu menyebarluaskan buku-buku saduran tersebut ke sekolah-sekolah sebagai fasilitas untuk menunjang program PPK melek literasi dimana program PPK yang saat ini digalakan masih mengandalkan para siswa untuk membawa buku masing-masing supaya diganti jadi difasilitasi oleh sekolah. Agar tidak ada lagi anak yang beralasan tidak membawa buku saat program PPK dilaksanakan.

3. Kemampuan Membaca Yang Kurang

Orang-orang dengan kemampuan membaca yang kurang dan jarang dilatih akan sulit untuk menikmati kegiatan membaca buku-buku bagus yang berkualitas karena membaca itu menuntut konsentrasi. Ketika orang-orang ini membaca dengan tempo yang lambat demi memahami alur atau pesan yang ingin disampaikan penulis, hal tersebut bisa mengakibatkan mereka frustasi. Apalagi jika ditambah dengan bahan bacaan yang tidak menarik. 

Tentunya hal ini bisa membuat mereka merasa tidak kompeten. Sehingga bagi orang-orang ini membaca adalah kegiatan yang membuang-buang waktu saja dan tidak menyenangkan. Oleh karena itu mereka jadi enggan untuk membaca.

Itulah menurut saya 3 alasan utama yang sebenarnya melatar-belakangi seseorang malas membaca buku. Padahal orang-orang yang membaca buku itu keren lho. Apalagi jika dia seorang perempuan. Pasti masih banyak yang belum pernah baca kutipan bahwa The most dangerous creature on Earth is a well-read woman! Bukan pria apalagi makhluk mitologi. 

Kok bisa gitu? Bisa dong! Karena a well read woman bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka membaca. Tengok saja sejarah, wanita-wanita dengan insting kecerdasan yang diasah dari hobi membaca bahkan bisa menumbangkan sebuah negara, menjebloskan orang ke penjara bahkan menghancurkan karier dan kehidupan seseorang.

Ngobrolin 4 Tempramen Kepribadian

Tuesday, May 14, 2019

Temprament

Bagi saya yang setuju dengan kata-kata Mr. Darcy yang bilang kalau, “People themselves alter so much, that there is something to be observed in them forever,” belajar untuk mendalami seluk-beluk persoalan yang menyangkut jiwa-jiwa manusia selalu membuat saya tertarik. Maka dari itu, sekitar bulan Maret yang lalu saya memutuskan untuk mengikuti seminar psikologi di salah satu hotel di Bandung, tepatnya di Setiabudi. 

Saya rela bela-belain nabung dan jajan hemat demi bisa dapetin ilmu di seminar psikologi tersebut karena tiket masuknya lumayan mahal. Dan setelah ikut seminarnya, sekarang saya ingin share sebagian ilmu yang saya dapatkan disana. Meskipun nggak mungkin semuanya ya karena bahasannya banyak banget.

Mengingat psikologi itu ternyata ilmu yang sangat penting dan berdampak pada banyak hal dalam kehidupan, saya mungkin bakalan kasih calon pasangan saya nilai plus ketika dia melek bahasan tersebut. (Maap, curhat.. hehehe…)

Bagi sebagian orang mungkin kalian udah nggak asing lagi dengan kata-kata koleris, sanguinis, melankolis dan phlegmatis. Itu adalah nama empat tempramen yang dipopulerkan pertama kali oleh Aristoteles. Keempat tempramen tersebut membentuk perilaku dan sikap yang berbeda-beda pada masing-masing individu.

Koleris misalnya dicirikan dengan tipe manusia yang galak, tegas dan to the point. Sementara sanguin dicirikan dengan tipe manusia yang ceria, supel dan suka menggampangkan sesuatu namun sulit menyimpan rahasia. Berbeda lagi dengan manusia tipe melankolis yang berkebalikan dari si sanguin dimana manusia bertipe ini cenderung perfeksionis, murung dan pendiam namun sangat cerdas dan analitis. Dan tipe terakhir adalah si phlegmatis yang menurut psikolog di seminar kemaren sih katanya adalah tipe manusia yang menjadi jodohnya semua orang. (Cieee….!!!)

Kalau saya ingat-ingat lagi pengalaman hidup diri sendiri, ternyata saya yang melankolis ini memang paling nyambung berinteraksi dengan orang-orang yang tipenya phlegmatis. Memang bener kata si psikolog, tipe phlegmatis adalah jodohnya semua orang karena dia cocok dengan semua tipe kepribadian. Sangat pengertian, santai namun cukup humoris. Katanya hampir tidak ada pasangan yang salah satunya bertipe phlegmatis apalagi yang dua-duanya tipe phlegmatis yang bertengkar atau konsultasi ke psikolog.

Sementara itu, orang-orang dengan tipe kepribadian koleris sangat tidak disarankan memilih pasangan diluar tipe kepribadian phlegmatis. Bayangkan tokoh perempuan Hela dalam The Avengers; kakak kandung Thor yang tipenya koleris dominan berpasangan dengan Sule; komedian bertipe sanguin. Nggak cocoklah! Bisa-bisa Hela dibikin ngamuk dan kesel setiap hari. Alih-alih nanggepin lelucon pasangannya, mungkin Hela bakalan mengutuk Sule jadi batu. Atau misalnya bayangkan kembali tokoh Hela berpasangan dengan Thanos yang sama-sama koleris. Pasti dari dulu si Thor dan si Loki udah ngungsi ke Planet Bumi karena ada perang dunia di Asgard. Pasangan yang paling cocok untuk tipe koleris adalah tipe phlegmatis. Titik.

Terus gimana dengan tipe melankolis? Kalau yang saya tahu dari seminar kemarin sih, sangat tidak disarankan juga dengan tipe koleris. Karena koleris yang to the point akan sering menyinggung perasaan si melankolis yang sensitif. Misalnya:

Setelah sekian jam milih-milih baju di mall. Terus nyobain di ruang ganti.

Melankolis (Cewek) : “Yang, aku bagus nggak pakai baju yang ini?”
Koleris (Cowok) : “Nggak bagus. Kayak karung.” 

(Nggak niat nyinggung padahal. Cuman to the point)

Melankolis: “Oh..." 

(Dalem hati: Tega banget ya kamu ngehina selera aku...)

*Tersinggung berat– inget terus – berubah murung – dendam sampai kiamat* 

Namun, tidak seketat koleris dalam berpasangan melankolis masih bisa memilih pasangan tipe sanguin dengan syarat sifat sanguinnya tidak terlalu dominan.

Nah, untuk menentukan kalian tipe kepribadian apa secara sederhana, caranya sangat gampang. Cukup siapkan kertas HVS dan pulpen. Lalu penuhi kertas HVS tersebut dengan tulisan kalian (harus terisi hingga bawah) dalam waktu lima menit saja.

Orang-orang koleris akan menulis dengan tulisan yang tajam dan lumayan susah dibaca. Tulisan dengan huruf “b” yang cekung ke dalam. Tidak bulat sempurna.

Sementara orang-orang sanguin akan menulis huruf dengan gaya yang berbeda-beda. Misalnya: Paragraf pertama dia akan menulis dengan huruf arial, paragraf kedua dengan monotype corsiva dan paragraf ketiga dengan times new roman. Intinya, saat menulis orang-orang sanguin tidak konsisten pada satu gaya.

Sementara itu tulisan orang-orang melankolis cenderung berjarak cukup jauh antara satu kata dengan yang lainnya. Karena diantara tipe kepribadian yang lain, tipe melankolis adalah orang-orang yang membutuhkan “me time” paling banyak. Bahkan ketika nanti dia sudah menikah.

Yang terakhir adalah tulisan tipe kepribadian phlegmatis. Bisa dibilang tulisan tipe kepribadian ini adalah yang paling lucu dan rapi diantara tipe kepribadian yang lain. Jika orang-orang ini menulis hurup “b” atau “p” maka bulatannya akan cembung sempurna.

Kira-kira setelah kalian ikutin tes sederhana ini kalian tipe yang mana? Share di kolom komentar dong. Kita ngobrol.