Hari ini saya sedang menunggu seorang laki-laki. Bisa jadi laki-laki itu adalah kamu, kamu atau kamu. Dengarkan baik-baik penjelasan saya ini. Saya adalah seorang wanita yang mendapatkan kesenangan dari berpindah ke satu lelaki ke lelaki lain untuk melukai hati laki-laki.
Ada kepuasan tersendiri di saat saya pergi meninggalkan mereka yang berdarah-darah mengharap cinta saya. Dulu saya tidak begitu. Tapi seorang laki-laki yang saya cintailah yang mengajarkannya kepada saya. Di saat saya sedang cinta-cintanya, dia malah tega pergi meninggalkan saya yang berurai air mata. Dia pergi bersama perempuan lain.
Ada kepuasan tersendiri di saat saya pergi meninggalkan mereka yang berdarah-darah mengharap cinta saya. Dulu saya tidak begitu. Tapi seorang laki-laki yang saya cintailah yang mengajarkannya kepada saya. Di saat saya sedang cinta-cintanya, dia malah tega pergi meninggalkan saya yang berurai air mata. Dia pergi bersama perempuan lain.
Sekarang saya melakukan hal yang sama kepada lelaki lain. Sebagaimana dulu saya diperlakukan hal yang serupa oleh laki-laki yang saya cintai. Entah berapa puluh laki-laki yang telah melabuhkan cintanya kepada saya dan berakhir kecewa. Saya tertawa puas melihat mereka. Memohon-mohon dan mengiba-iba di bawah kaki saya. Mengharapkan cinta saya.
Sayangnya, hanya perempuan bodoh yang akan luluh hatinya oleh belas kasihan setelah dia pernah dipermainkan. Saya bahagia menjalani peran baru saya. Saya ingin terus mencari dan melukai lebih banyak lagi laki-laki.
Sayangnya, hanya perempuan bodoh yang akan luluh hatinya oleh belas kasihan setelah dia pernah dipermainkan. Saya bahagia menjalani peran baru saya. Saya ingin terus mencari dan melukai lebih banyak lagi laki-laki.
Sampai pada suatu hari saya melihat seseorang yang bersandar pada anjungan sebuah kapal yang menepi di pantai. Saya terkesima dengan senyum laki-laki itu dan juga dengan ombak badai di rambutnya. Hidupnya berbinar dan saya ingin masuk terlibat petualangan di dalamnya.
Untuk pertama kalinya, keinginan menyakiti hati laki-laki sirna. Berganti keinginan untuk memilikinya.
Terserah apa kata orang. Saat itu saya sedang buta. Maka saya putuskan untuk nekat mengirimi laki-laki itu sebuah surat cinta.
Terserah apa kata orang. Saat itu saya sedang buta. Maka saya putuskan untuk nekat mengirimi laki-laki itu sebuah surat cinta.
Untukmu,
seseorang yang seperti matahari.
Cahayanya dekat tetapi menjangkaunya nampak begitu jauh.
Aku jatuh cinta padamu. Mungkin ini hanya bias semata. Sebuah kesimpulan yang terlalu cepat dibuat. Tapi aku harap kau menerima cintaku. Terimalah cintaku ini dengan hidupmu yang beriak. Aku terlampau letih dalam kesunyian.
Aku jatuh cinta padamu. Mungkin ini hanya bias semata. Sebuah kesimpulan yang terlalu cepat dibuat. Tapi aku harap kau menerima cintaku. Terimalah cintaku ini dengan hidupmu yang beriak. Aku terlampau letih dalam kesunyian.
(Aku)
Perempuan sunyi yang menikahi puisi
Begitulah surat itu saya tulis. Dan beberapa hari kemudian laki-laki itu membalas surat cinta saya.
Kau tahu apa isinya?
Mengerikan.
Dia bilang dia menolak cinta saya. Tapi dia menawarkan sesuatu yang lebih spesial yang bisa dia berikan kepada saya secara cuma-cuma. Secara gratis.
Hmm... Apa dia pikir saya membutuhkan sesuatu dari dia selain cinta? Padahal yang saya inginkan hanyalah cinta agar saya bahagia. Baiklah. Saya menerima tawarannya. Saya masuk. Terjebak dalam permainannya.
Kau tahu apa isinya?
Mengerikan.
Dia bilang dia menolak cinta saya. Tapi dia menawarkan sesuatu yang lebih spesial yang bisa dia berikan kepada saya secara cuma-cuma. Secara gratis.
Hmm... Apa dia pikir saya membutuhkan sesuatu dari dia selain cinta? Padahal yang saya inginkan hanyalah cinta agar saya bahagia. Baiklah. Saya menerima tawarannya. Saya masuk. Terjebak dalam permainannya.
Saya turuti semua keinginannya dan saya mereguk kesenangan yang semu bersamanya. Saya berharap saya bahagia. Meskipun dalam hati diam-diam saya menangis. Saya tetap tak bahagia.
Maka malam ini saya putuskan untuk membunuhnya; saja.
Saya ajak laki-laki itu bertemu dengan sebelumnya mengasah pisau dapur yang saya masukan ke dalam tas tangan saya. Saya akan menunggunya di taman.
Jangan heran apabila besok pagi kalian mendengar berita bahwa ada seorang laki-laki muda terbaring tewas di kamar hotel dengan pisau dapur menancap di dadanya.
Ssstt.... laki-laki itu datang. Dia berjalan menghampiri saya. Sebentar lagi dia akan merasakan balasannya. Karena hari ini saya sudah lelah - berpura-pura bahagia.
Saya ajak laki-laki itu bertemu dengan sebelumnya mengasah pisau dapur yang saya masukan ke dalam tas tangan saya. Saya akan menunggunya di taman.
Jangan heran apabila besok pagi kalian mendengar berita bahwa ada seorang laki-laki muda terbaring tewas di kamar hotel dengan pisau dapur menancap di dadanya.
Ssstt.... laki-laki itu datang. Dia berjalan menghampiri saya. Sebentar lagi dia akan merasakan balasannya. Karena hari ini saya sudah lelah - berpura-pura bahagia.
Bandung, Dini Hari
Pukul 02.02