Sebenarnya
jika kita jeli ada begitu banyak fenomena unik di sekitaran kita yang menarik
untuk ditulis. Dan tulisan ini saya buat di tengah-tengah fenomena unik
tersebut. Khususnya yang menimpa kalangan anak muda yang dituntut untuk kreatif
dan berprikir kritis yang justru malah terlena dengan dampak kurang baca dan
kurang berpikir. Semenjak media sosial pertemanan menjadi booming beberapa tahun yang lalu, anak-anak muda yang aktif
bermedia sosial menjelma menjadi para netizen yang mengikuti berbagai macam
trend yang dibawa oleh arus teknologi internet. Para anak muda menjadi tidak
asing lagi dengan istilah-istilah kekinian semacam follback atau retweet. Dunia
maya menjadi wadah baru dan tempat bagi anak-anak muda untuk bersosialisasi.
Bersosialisasi
di dunia maya ataupun di dunia nyata secara teori sama saja. Dua-duanya harus punya
bahan obrolan. Internet dengan segala isinya menawarkan berbagai macam bahan
obrolan. Dari artikel hingga berita. Dari lirik lagu hingga kutipan.
Kemudahan mengakses internet yang serba instan ini membuat para anak muda berada di zona nyaman yang berbahaya bagi mereka. Dikatakan berbahaya karena orang-orang yang berada di zona nyaman biasanya akan malas untuk bertumbuh, untuk berpikir dan untuk menjadi lebih baik lagi. Sehingga hal ini akan menjerumuskan mereka ke dalam mental ikut-ikutan.
Dalam
psikologi, fenomena ikut-ikutan ini disebut dengan Bandwagon Effect. Bandwagon
effect mengacu pada kecenderungan orang-orang untuk mengadopsi sesuatu
seperti perilaku, gaya hidup, atau sikap orang lain hanya karena “orang lain
melakukannya.” Hal ini bisa terjadi karena individu hidup mengikuti tekanan dan
norma-norma kelompok. Sehingga kecenderungan untuk mengikuti apa yang dilakukan
oleh kerumunan menjadi lebih besar.
Contoh
Bandwagon Effect yang paling jelas pada
generasi milenial adalah ketika banyaknya anak-anak muda yang memposting quotes
dalam akun media sosial mereka. Dari mulai quotes galau hingga quotes tentang kehidupan.
Menariknya, mereka melakukan ini sebagai cara untuk bersosialisasi.
Namun
pada kenyataannya tidak semua kutipan yang mereka posting di media sosial tersebut
bisa diterapkan dalam kehidupan yang sebenarnya lho!
Seperti
misalnya kutipan ini: “Biarkanlah hidup mengalir seperti air.”
Untuk
orang-orang dengan pola pikir dewasa yang sudah bisa membedakan antara takdir
dengan nasib dan apa yang masih bisa dan tidak bisa untuk diusahakan serta
sudah mengalami kerja keras beserta pahit manis, asam-garamnya kehidupan, membaca
kutipan tersebut mungkin bisa membuat mereka untuk sedikit lebih santai dalam menjalani
hidup yang keras ini. Tidak depresi dengan kegagalan karena hidup sudah ada
yang mengatur.
Namun
bagi para anak muda milenial yang baru saja memasuki fase awal kehidupan yang
sebenarnya, kutipan yang menginspirasi orang untuk jatuh pada mental let it flow ini sangat berbahaya. Bisa
kita saksikan bahwa tidak sedikit orang yang pada akhirnya kesulitan mempertahankan
pekerjaan mereka atau bahkan kesulitan mencari pekerjaan padahal masih berada di
usia produktif karena dulu di masa mudanya pernah punya mental let it flow yang terbawa hingga dewasa.
Di
saat orang lain jatuh bangun menata kehidupannya, orang-orang dengan mental let it flow ini dengan seenaknya hanya bersandar
pada nasib dan prinsip biarkanlah hidup ini mengalir seperti air. Mereka tidak
sungguh-sungguh mempersiapkan kehidupan mereka. Padahal kita semua tahu bahwa
air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Tidak pernah ke tempat yang
lebih tinggi.
Millenials should haven’t posted quote like this or make this quote their own
quote of life.
Sebagai
generasi milenial yang belum pantas dapat julukan lansia dan pensiun dari
pekerjaan, harusnya sih posting quote-nya yang menyemangati hidup dan menginspirasi
diri sendiri dan orang lain untuk berkarya dong, ya. Bukannya kutipan-kutipan
galau apalagi nyindir.
Setelah baca ini… kira-kira sekarang kamu mau posting quote yang mana nih? Kasih
tahu saya di kolom komentar dong!