The Most Gothic Novel I've Ever Read

Saturday, April 23, 2022


“Sisa-sisa mayat manusia sangatlah berharga, bila ia bersikap mulia ketika masih hidup.”

Begitulah yang di tulis Emily Bronte dalam kalimat pembuka di novelnya yang berjudul Wuthering Heights. Dan meskipun novel ini pernah muncul dalam Twilight sebagai novel yang di favoritkan oleh Bella Swan, perkenalan saya dengan Wuthering Heights tidak berkaitan dengan film itu sama sekali.

Saat itu beberapa tahun yang lalu, saya baru saja selesai membaca dua novel klasik. Yang berjudul Persuasion dan Pride & Prejudice karangan Jane Austen. Dan saya tidak menyesal. Alih-alih menyesal karena menamatkan dua novel yang cukup tebal tersebut, saya malah penasaran untuk mencari novel-novel klasik lainnya.

Sampai pada akhirnya, saya kembali lagi ke sebuah toko buku. Dan menyusuri rak-rak yang berisi kumpulan novel-novel klasik. Saat itulah saya menemukan Wuthering Heights dengan sampul abu-abu. Dan di covernya tertulis: “Kisah Cinta Paling Tragis Sepanjang Masa.” 

Saya langsung suka dengan tagline-nya yang muram. Apalagi saat membaca blurb atau rangkuman cerita di cover belakangnya yang tertulis seperti ini:

Wuthering Heights, satu-satunya novel yang di tulis Emily Bronte, merupakan salah satu permata dalam literatur Inggris abad ke-19 dan abadi sepanjang masa.

Bercerita tentang Heathcliff, yatim piatu yang jatuh cinta kepada Catherine, gadis yang kelasnya lebih tinggi. Perbedaan sosial membuat Heathcliff tidak bisa memilikinya.

Kebencian membuat Heathcliff mengabadikan seluruh hidupnya untuk membalas dendam dan menghancurkan kehidupan keluarga Catherine.”

Singkat cerita saya membaca novel itu di rumah. Lembar demi lembar hingga akhirnya tamat. Novel yang sungguh mengherankan sekaligus berkesan. Mengherankan karena struktur penulisannya yang tidak lazim. Alur ceritanya berganti-ganti sudut pandang orang yang menceritakan kisah-kisah di dalamnya. Di mulai dari Ellen Dean dan Mr. Lockwood dan banyak karakter lain yang bermunculan.

Berkesan karena sepanjang saya baca novel, saya belum pernah menemukan novel yang dari awal hingga akhir terasa seperti campuran kemarahan, lagu-lagu sendu dan kehilangan. Kombinasi antara rasa sepi dan muram. Seperti saat kita sedang berada sendirian di tengah-tengah padang rumput yang luas dan langit mendung disertai angin musim dingin yang berhembus dengan kencang.

Beberapa kalimat dalam novel Wuthering Heights masih saya ingat hingga kini. Seperti kalimat yang diucapkan Heathcliff saat Catherine meninggal:

“Catherine Earnshaw semoga jiwamu mengembara sepanjang hidupku. Kau bilang aku yang membunuh dirimu. Kalau begitu, hantuilah diriku! Setahuku, si mati biasanya akan menghantui si pembunuh. Aku tahu hantu-hantu akan selalu bergentayangan di muka bumi. Mudah-mudahan rohmu akan selalu bersamaku. Berubahlah dalam bentuk apapun yang kau sukai lalu rasukilah diriku. Biarkan aku jadi gila karenanya! Tetapi, jangan tinggalkan diriku di lembah penderitaan ini. Karena aku tak dapat menemukanmu di sini. Oh Tuhan, sungguh tak tertanggungkan penderitaanku ini! Aku sungguh tak sanggup hidup tanpa kehidupanku. Aku tak sanggup hidup tanpa jiwaku!” Heathcliff lalu membenturkan kepalanya ke batang pohon yang saling berbelitan; dengan mata terbelalak dia meraung, suaranya tidak lagi seperti manusia, melainkan hewan liar yang terluka.

Ketika kita berbicara tentang cinta tidak selalu merupakan sesuatu yang indah. Bahkan, bisa saja cinta itu berubah dan mengarahkan pemiliknya pada sesuatu yang jahat dan kejam. Seperti Heathcliff yang mendendam kepada semua orang di Wuthering Heights dan berniat membalasnya.

Saat membaca novelnya saya sendiri pun takjub. Bagaimana novel yang isinya kekejaman ini bisa di tulis dengan begitu elegan dan puitis oleh Emily Bronte. Dari semua Bronte bersaudara, menurut saya, tulisan Emily adalah yang paling cerdas. Seolah-olah lewat Wuthering Heights dia mencurahkan jiwanya yang gelap dan tertekan. Membaca Wuthering Heights seperti kembali menyusuri masa lalu dan tertinggal di sana. Perasaan yang timbul saat selesai membaca novelnya pun cukup intens. Saya jadi ikut-ikutan merasa hampa dan melankolis lalu marah pada Catherine yang egois. Saya bersyukur bahwa dia mati lebih cepat.

Heathcliff sendiri mengingatkan saya pada seseorang di dunia ini yang tidak perlu untuk disebutkan namanya. Ha! Sungguh mengerikan jika kita bergaul dengan orang yang memiliki perilaku seperti Heathcliff apalagi sampai menjadikannya pasangan.  

Tidak ada novel lain yang memberikan perasaan muram sepekat itu pada diri saya kecuali Wuthering Heights. Saya sampai bela-belain beli novelnya dalam dua versi bahasa Inggris dan Indonesia untuk di baca. Karena suka sekali dengan isinya.

Novel itu kemudian di tutup dengan kematian Heathcliff. Penulis lalu menambahkan sebuah cerita yang mengubah atmosfer muram di novel itu menjadi seram. Atmosfer yang sama seperti saat cerita ini di mulai. Yaitu ketika Mr. Lockwood, sang penyewa Thrusscross grange, terbangun karena mendengar suara ketukan di jendela. Mengira suara ketukan itu berasal dari ranting pohon, ia bermaksud menyingkirkan ranting pohon yang membuat suara berisik itu.

Namun, alangkah terkejutnya Mr. Lockwood saat sebuah tangan yang dingin terulur dari balik kegelapan dan menggenggam erat tangannya seraya mengaku bahwa ia adalah Catherine yang sudah tersesat selama dua puluh tahun di hutan dan kini sudah kembali. 

Begitulah cara Emily Bronte membuat pembacanya merasa seram kemudian berubah muram untuk selanjutnya merasakan perasaan-perasaan kelam lainnya. Two thumbs up untuk novel ini. My all time favorite book!

Sebelas Bulan di Kuningan; Ngapain Aja?

Saturday, November 20, 2021

Hampir satu tahun sejak terakhir kali saya menulis di blog ini. Lebih jauh lagi, selama kurun waktu yang cukup panjang tersebut, bukan karena ketiadaan inspirasi atau waktu untuk menulislah yang menjadikan saya hilang dan tersisih dari dunia ini. Tapi, lebih kepada pencarian alasan; alasan kenapa saya harus menulis. Dan kenapa saya harus menulis di sini.

Setelah kurang lebih sebelas bulan merenung disertai dengan adegan buka-laptop-ngetik-hapus-ngetik-hapus-lagi-ujung-ujungnya-ngantuk, malam ini saya menemukan alasannya. Alasan mengapa saya harus menulis kembali. Alasan yang ternyata sederhana. Sesederhana hujan malam ini yang baru saja turun tepat ketika saya sampai di kosan, sehingga saya tidak jadi kehujanan. Saya menulis lagi karena saya ingin mengekspresikan rasa syukur itu. Rasa syukur sebagai pengingat untuk diri saya sendiri bahwa ada lebih banyak hal yang patut untuk disyukuri ketimbang dikeluhkan.

Terhitung mulai tanggal 3 Januari 2021 kemarin, saya resmi menjadi anak rantau untuk pertama kalinya. Saat itu, karena informasi yang serba mendadak mengenai SPMT CPNS, saya sekeluarga terpaksa berangkat ke Kuningan lebih cepat tanggal 2 Januari jam 10 malam. Padahal, Mama saya saat itu baru saja selesai operasi dan kondisinya belum benar-benar pulih. Tapi, karena bersikeras ingin mengantarkan saya, Mama memutuskan diri untuk ikut. Bisa kalian bayangkan perasaan saya saat itu bercampur aduk antara semangat pindah ke tempat yang baru dan sedih karena melihat Mama menahan sakit. Tidak ceria seperti biasanya.

Walaupun begitu, untungnya Mama saya kuat dan kesedihan tersebut segera berganti dengan berbagai macam kemudahan bagi kami sekeluarga, diantaranya:

Perjalanan kami lancar. Tidak lagi penuh drama seperti kali pertama saya datang ke Kuningan. Saat momen penuh drama itu, kami sekeluarga tengah tersesat jauh sampai ke Tasik; melewati hutan belantara dan pegunungan. Bahkan hampir kecelakaan. 

Saya dapat kontrakan yang dekat dengan sekolah, tidak sampai 100 meter jauhnya. Saking dekatnya saya bisa absen K-Mob di kontrakan.

Pemilik kontrakannya baik banget. Sering kirim makanan, dan kalau saya sakit dibawain obat. Kalau saya gak sempat nyapu kontrakan atau halaman depan kosan, owner-nya yang beresin. Kadang kalau mau kemana suka dianter. Kalau belum pulang di teleponin. Mirip kayak keluarga sendiri.

Banyak penjual makanan di sekitar kosan. Dari mulai martabak telor, mie ayam, bubur, kebab, cilor, sosis, boba, gorengan, ketoprak, sate, roti bakar, singkong keju, nasi goreng, nasi padang, dan lain-lain. Pokoknya banyak! Gak perlu Go-Food kalau mau jajan, karena tinggal buka pintu langsung bisa pesan dan dianterin langsung ke depan pintu kosan. 

Harga makanannya relatif murah. Sepincuk nasi lengko cuma dihargai 3000 rupiah.

Meskipun cuacanya sedikit panas karena berbatasan langsung dengan Cirebon, tapi lingkungan tempat tinggal saya bersih, udaranya segar, jarak pandang luas dan relatif aman.

Fasilitas yang krusial seperti puskesmas, fotokopi dan ATM semuanya dekat! Tiap hari Rabu ada pasar dadakan tak jauh dari kontrakan. Ibu kost saya sering menawari jika saya mau ikut berbelanja ke sana atau nitip beli sesuatu.

Walaupun saya termasuk tipe orang yang jarang nongkrong dengan tetangga, mereka tetap ramah kepada saya. Tidak pernah kepo apalagi sinis.

Jaringan handphone menggunakan kartu Three bagus. Bahkan, di tempat-tempat camping di gunung sekalipun masih bisa terdeteksi.

Salah satu toko grosir di sekitar kosan menjual es krim favorit saya dari semenjak jaman SMP! Kalau sengaja nyari di Bandung, susah banget buat nemu es krim itu. Tapi di sini banyaaaaak!

Selama hampir satu tahun di Kuningan, saya sudah jalan-jalan ke taman kota, melihat mesjid Syi’arul Islam kebanggaan orang Kuningan, lalu ke beberapa tempat di Palutungan, ke Perkebunan buah di Gumolong, ke Paseban, ke Uniku lalu jajan makanan khas Kuningan di Hucap Ma Iroh dan ikut camping di Talaga Surian. Dari semua tempat yang saya kunjungi selama berada di Kuningan, saya paling suka main ke Palutungan karena udaranya dingin. Mirip kayak di Lembang. Sepanjang jalan menuju kesana juga banyak café dan view-nya bagus. Karena kebanyakan tempat nongkrong di Kuningan bertema outdoor, saya sampai niat beli topi rimba di Humblezing buat outfit kalau lagi main.

Perihal makanan khas Kuningan, sebenernya belum banyak yang saya coba. Saya cuma baru nyobain nasi lengko, hucap sama rujak kangkung. Awal-awal pindah ke Kuningan, saya kaget campur heran ketika pertama kali beli bakso di sana dan kuahnya malah ditaburin kacang yang buat soto. Ini bakso apa soto, sih? Batin saya curiga. Lama-lama udah biasa. Hahaha….

Selain itu ada juga tukang tahu bulat yang sering lewat depan kosan. Penjualnya ternyata nggak cuma jualan tahu bulat aja tapi juga sotong goreng. Saya pikir sotong goreng yang seafood itu. Saat itu, saya merasa beruntung banget bisa nemu makanan favorit saya di sini! Tapi ternyata pas saya beli, bukan sotong seafood kayak di Bandung, sodara-sodara! Tapi ‘otak-otak KW’ yang suka ada di pasar. Mana saya belinya banyak. Hahaha…

Lalu ada juga tukang bubur extraordinary. Kalau biasanya tukang bubur identik jualan pagi-pagi, di Kuningan beda. Mau nyari bubur kapan aja bisa. Kecuali siang-siang. Khusus buat tukang bubur yang mangkalnya malam hari, mereka juga jualan sop ayam. Jadi kalo beli bubur langsung dikasih sepaket dengan sop ayamnya.

Sejak merantau, saya jadi punya banyak pengalaman baru yang seru-seru juga temen-temen baru! Seumur hidup, baru di sini pertama kali saya naik mobil bak terbuka waktu mau camping, nerobos hutan cuman buat beli kopi, terus packing barang bawaan seminimalis mungkin pas mau balik ke Bandung dan susah payah ngejar bis di terminal. Semangat buat hidup juga meningkat 200 kali lipat. Maunya sibuk, maunya beraktivitas. Saking semangatnya, saya sampai bela-belain beli dumbells buat latihan angkat beban di kosan. Selain itu, saya juga niat banget menyibukan diri dengan mengikuti banyak perlombaan hingga akhirnya menang hadiah laptop baru. Pokoknya hidup saya di sini, so far so good lah ya.

Kadang-kadang saya jadi sering berpikir. Kalau seandainya kemarin itu saya lulus CPNS-nya di Cirebon bukan di Kuningan; apakah hidup saya bakalan semudah ini? Hm, I don’t think so. Selain faktor udara Cirebon yang jauh lebih panas dari Kuningan, daerah Susukan Cirebon yang saya pilih dulu itu juga merupakan daerah rawan banjir. Gak terbayangkan kalau saya sampai ngekost di sana dan kena banjir tahunan. Plus, jauh kemana-mana. Memang, Allah itu selalu tahu yang terbaik buat hamba-Nya. Dia tahu kalau saya gampang lelah, suka sakit kalau terlalu cape, nggak kuat angkat-angkat barang berat apalagi sampai harus ngepel lumpur bekas banjir, makanya saya dikasih tempat kosan yang relatif aman dan owner-nya rajin suka ikut beres-beresin kosan juga. Bahkan suka inisiatif beresin sendiri kosan saya, nyapu halaman, ngepel teras. Baik banget pokoknya.

Dengan segala kemudahan ini rasanya berdosa banget jika diri saya tidak bersyukur. Bagi saya pribadi, meskipun tinggal di sini lumayan gerah, tapi Kuningan adalah kota terbaik kedua setelah Bandung.

PS: Sambil nulis saya ditemenin beberapa musik instrumental ini:

https://youtu.be/qBuURgs0k0Y

https://youtu.be/VOBYZXkmXds

https://youtu.be/2f14gpueRGU

https://youtu.be/7dxTZMbwUH0

https://youtu.be/q8zgOCrnHCY

https://youtu.be/QWrjpktguak

https://youtu.be/EzvMSAGaLhw

https://youtu.be/O2JyOz2wFgk

Rahasia Doa Istirja' di Balik Seleksi CPNS 2019

Sunday, December 27, 2020

Tahun 2020 akan segera berakhir. Dan sebelum mengawali tahun yang baru, melakukan introspeksi diri atas apa yang sudah saya lewati sepanjang tahun ini menjadi penting. Terlebih, sebagai rasa syukur. Karena selama pandemi Covid-19 ini saya masih bisa bertahan hidup. Tidak terkena PHK di saat banyak orang diluaran sana yang menjadi pengangguran. Bahkan tak hanya itu. Saya juga dinyatakan lolos seleksi CPNS 2019. Sesuatu yang diidam-idamkan oleh banyak orang. 

Karena saya sudah pernah mengikuti seleksi CPNS di tahun sebelumnya dan gagal, saya sejujurnya tidak terlalu berharap saat ikut seleksi kali ini. Namun, bukan berarti saya tidak melakukan persiapan sama sekali.

Ketika saya memilih lokasi penempatan, tanpa pikir panjang, saya langsung memutuskan untuk memilih lokasi penempatan di sebuah SMK di daerah Cirebon. Ketika salah seorang rekan kerja di kantor bertanya kenapa saya memilih penempatan di sekolah tersebut, dengan entengnya saya hanya menjawab, “Pengen aja. Nama sekolahnya unik.”

Kegagalan untuk lolos CPNS di tahun 2018 membuat saya lebih banyak mengevaluasi diri. Melihat ke dalam diri saya sendiri. Kalimat yang mengatakan doa dan usaha tidak akan mengkhianati hasil rasanya terlalu sombong dan takabur jika diucapkan oleh kita sebagai makhluk. Terutama jika di yakini secara berlebihan. Apalagi, jika saya berkaca pada pengalaman diri saya sendiri. Mungkin, saya terlalu yakin dan berbangga hati dengan doa-doa dan usaha saya di tahun 2018, sehingga Allah tangguhkan kelulusan saya di waktu itu.

Dari situ, mulailah saya berpikir untuk lebih rendah hati. Alih-alih menyebutkan betapa susah payahnya diri ini untuk lebih dekat kepada Allah saat berdoa, kalimat itu saya ganti dengan, “Ya Allah kabulkanlah doaku dengan rahmat dan kasih sayang-Mu.” Doa itu terus saya ulang-ulang. Bahkan ketika saya sedang berjalan, makan ataupun berbaring. Tentu saja tanpa menyebutkan kebaikan manapun yang sudah dilakukan.

Setidaknya, ketika pikiran untuk berbangga diri dan terlampau yakin atas segala usaha-usaha dan doa itu muncul, lisan saya mengingkarinya. Seperti yang selalu diajarkan oleh orang tua saya untuk jangan terlalu berbangga diri dan ambisius mengejar sesuatu.

Jadilah, selanjutnya saya membayangkan sebuah skenario yang jauh ke depan. Dan bahwa skenario ini harus melibatkan Tuhan. Sekaligus menjaga diri saya agar tetap berbaik sangka ketika gagal dan tidak sombong saat berhasil.

Akhirnya saya teringat suatu doa. Doa ini diambil dari kisah Ummu Salamah yang mengucapkannya saat suaminya meninggal dunia. Dia teringat Rasulullah yang bersabda barang siapa membaca doa ini ketika tertimpa musibah. Maka, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Dan benar saja, ketika habis masa iddah-nya, Ummu Salamah dilamar oleh Rasulullah. Manusia terbaik di muka bumi. Bahkan, beliau adalah utusan Allah.

Doa yang dibacanya adalah sebagai berikut:

“Innalillahi wa innailaihi roji’un. Allahumma ajjurni fi mushibati wakhlif li khairan minha.”

Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini. Dan, gantilah ia dengan yang lebih baik.

Doa itu pun akhirnya saya hapalkan. Jauh sebelum mengikuti tes seleksi tahap pertama. Sembari saya mengingat-ingat kembali perkataan indah yang dituturkan oleh Sayyidina Ali radiyallahu anha. 

“Ketika aku berdoa dan Allah mengabulkan doaku. Maka aku berbahagia karena itu keinginanku. Tapi, ketika aku berdoa dan Allah tidak mengabulkan doaku. Maka aku lebih berbahagia karena itu kehendak Allah. Dan, kehendak Allah pastilah yang terbaik.”

Itulah dua hal dasar yang saya yakini sembari di satu sisi tetap melaksanakan usaha dan ikhtiar untuk bisa lolos seleksi. Namun dalam ritme yang santai. Tidak sampai menyengsarakan diri sendiri.

PS: Saya tidak pernah belajar ketika saya lapar. Atau belajar sambil menahan lapar. Tidak juga dalam kondisi badmood dan sedang sedih. Ketika saya lelah, saya lebih memilih untuk tidur terlebih dahulu daripada belajar. Tidak pula seharian saya belajar hingga melupakan waktu bersenang-senang. Saya belajar SKD dengan santai. Namun, sebisa mungkin saya tidak pernah membantah kata-kata orang tua saya atau menolak permintaan mereka. Terutama, ketika mereka sedang menyuruh atau  menasehati saya.

Tanggal 30 Januari 2020

Seleksi tahap pertama di Gedung Arcamanik. Saya datang kesana diantar oleh Bapak. Waktu itu, siang hari dan sedang panas-panasnya. Bersama seorang teman saya mengantri untuk masuk ke dalam gedung. Di sela-sela mengantri, saya haus sekali karena kepanasan dan tidak sempat minum. Bapak yang menunggu tidak jauh dari antrian dan tahu anaknya kehausan menghampiri saya. Lalu menyodorkan sebotol minuman dingin sembari menenteng tas ransel dan berlari kecil di tengah-tengah cuaca panas mengikuti antrian saya yang terus maju ke depan. Saya melihat ke sekeliling antrian dan tidak menemukan satu pun orang tua lain yang sebegitu perhatian pada anaknya seperti yang dilakukan oleh Bapak saya.

Di dalam gedung kami diminta menunggu. Saya duduk di baris kedua dari depan. Dari sekian banyak peserta seleksi di hari itu, tidak satu pun saya menemukan wajah teman satu angkatan saya ketika kuliah dulu. Kebanyakan pendaftar adalah fresh graduate yang baru saja lulus. Omg, berasa tua banget deh saya waktu itu.  

Bahkan, saya juga tidak menemukan satu orang lain pun yang berasal dari jurusan pendidikan Bahasa Inggris. Semuanya berasal dari jurusan lain. Salah jadwal gitu? Batin saya curiga.

Karena kami menunggu cukup lama, akhirnya saya dan teman saya izin ke toilet. Sembari berjalan melewati barisan kursi yang panjang, saya iseng memerhatikan raut wajah para peserta seleksi. Ada yang ekspresinya tegang, bengong, melamun, stress dan bodo amat. Benar ternyata yang dikatakan oleh teman saya. Kami pun berjalan melewati mereka. Tak kuasa menahan tawa. *Astaghfirullah*

Tak lama kemudian, kami masuk ke dalam ruangan seleksi. Saya mendapat kursi paling depan. Dekat dengan kipas angin. Thank God. Walaupun saya nanti masuk angin, setidaknya, fokus saya tidak terganggu. Dan saya tidak akan terintimidasi oleh peserta lain yang lebih dulu selesai daripada saya. *semangat!!!*

Singkat cerita saya mendapat nilai SKD 375.

Waktu itu saya belum yakin bahwa saya akan lolos seleksi  karena melihat nilai peserta lain yang juga tinggi-tinggi. Apalagi, sekolah yang saya pilih tersebut nyatanya adalah sekolah dengan pelamar terbanyak lebih dari 200 orang. Qadarullah, beberapa minggu kemudian saya dinyatakan lolos seleksi tahap pertama. Dari 6 orang yang lulus ke tahap SKB, saya menduduki peringkat kedua. Seharusnya, jika tidak ada seleksi lanjutan saya sudah otomatis lolos dan mengajar di Cirebon.

Maret – Oktober

Karena pandemi Covid-19, tes SKB ditunda. Masa-masa yang panjang ini saya gunakan untuk belajar materi Bahasa Inggris dan pedagogik. Tidak ada trik khusus untuk yang satu ini. Saran saya sederhana: konsistenlah membaca dan perbanyak berdoa. Hindari berdebat walaupun berada di pihak yang benar. Apalagi jika berada di pihak yang salah.

Kenapa berdebat? Karena sepanjang Maret sampai Oktober, di akun resmi BKN sedang ribut memperdebatkan antara serdik versus non-serdik.

Sebagai guru honorer yang belum mempunyai serdik padahal sudah mengajar bertahun-tahun lamanya, tentu saja rasa untuk menumpahkan kekecewaan pada pemerintah dan ikut berdebat itu pastilah ada. Apalagi jika mengingat akses dan biaya untuk ikut PPG mandiri tidaklah murah. Hati rasanya panas bergejolak. Tapi, kembali lagi pada diri sendiri. Saya tidak mau sibuk berdebat sementara saingan saya justru sedang sibuk belajar. Utamakan prioritas!

Meskipun saya mengetahui salah seorang saingan saya mempunyai sertifikat pendidik yang otomatis akan membantunya untuk mendapat nilai sempurna di tes SKB, saya berusaha untuk tetap semangat dan berpikir positif bahwa rezeki itu Allah yang atur. Manusia hanya dituntut untuk berusaha dan berdoa secara maksimal. Selebihnya urusan Allah. Lagipula, saya sudah menghapal doa istirja.’ Saya tidak cemas akan rezeki saya.

Semangat saya justru agak memudar bukan karena tahu jika salah seorang saingan saya punya serdik. Akan tetapi, karena di suatu siang Mama tiba-tiba datang menghampiri saya yang sedang berada di dalam kamar.

Mama yang saat itu terlihat khawatir lalu bercerita mengenai tetangga lama kami yang baru saja bertemu dan sekarang tinggal di Cirebon. Berdasarkan penuturannya, Mama jadi tahu jika daerah yang saya pilih sebagai lokasi penempatan tersebut adalah daerah yang rawan tindak kejahatan! Seketika saya penasaran dan mencoba googling mengenai kriminalitas di daerah tersebut. Dan ternyata memang benar seperti yang dikatakan Mama. Daerah itu rawan begal dan perampokan! Sungguh, saya tidak takut saingan saya punya serdik. Saya justru lebih takut jika saya lolos seleksi lalu bertemu begal dan menjadi korban perampokan. *hiks*

Selama beberapa hari setelah mendengar penuturan Mama, saya mimpi buruk. Saya bingung antara ingin lolos CPNS tapi enggan pindah ke daerah sana. Apalagi, di sana tidak ada satu orang pun keluarga, kenalan atau sanak saudara. Setiap kali saya galau, saya perbanyak istighfar dan berdoa. Seringkali hanya dalam hati. Semua kegelisahan itu saya pendam sendiri. Lagipula, akan tambah tidak enak jika membuat orang tua saya khawatir. Akhirnya saya pasrah namun tetap sambil belajar.

Seleksi SKB

Sambil menenteng surat rapid tes, saya diarahkan oleh panitia menuju tempat penyimpanan barang. Lalu diminta mengantri dan menunggu dengan masker, face shield dan sarung tangan sudah terpasang rapi di wajah dan kedua tangan. Tak lama kemudian, kami di panggil ke ruangan tes. Saat itu, tidak teringat sama sekali kegelisahan saya sebelumnya jika lolos CPNS dan di tempatkan di daerah yang rawan tindak kejahatan. 

Thank God. Karena akibatnya, saya jadi bisa fokus berusaha maksimal. Dan, lagi-lagi saya dapat kursi paling depan. Entahlah harus mengeluh atau bersyukur karena saya jadi dekat dengan kipas angin yang ukurannya besar-besar! Hembusan anginnya itu, lho! Hehehe….

Waktu 90 menit ternyata lebih dari cukup untuk mengerjakan 100 soal SKB. Saya masih bisa mengecek jawaban saya dua kali. Dan itu pun masih tersisa waktu 5 menit lagi. Singkat cerita, tes pun selesai dan nilai SKB saya 365. Waktu itu, Bapak yakin saya lolos CPNS. Tapi, saya masih ragu-ragu.

Kecurigaan mulai muncul tatkala saya sudah cukup lama selesai test, namun Mama dan adik saya tidak juga menelpon padahal mereka menonton live streaming-nya di Youtube. Akhirnya, setelah selesai makan, saya menelpon Mama. Dan ternyata benar dugaan saya itu. Saya berada di peringkat kedua. Otomatis saya tergeser oleh saingan saya yang memiliki serdik meskipun dia berada di peringkat keempat.

Padahal, jika tidak ada yang memiliki serdik saya sudah bisa dipastikan lolos ke Cirebon. Karena kuota yang dibutuhkan di sekolah yang saya lamar itu 2 orang. Dari situ, saya teringat doa istirja’ yang sudah saya hapalkan. Setelah meminta maaf pada orangtua, saya melafalkan doa itu di perjalanan pulang.

Satu sisi saya lega karena tidak jadi pergi ke Cirebon. Tapi, di sisi yang lain saya sedih karena mengira diri saya tidak lulus CPNS.

Hari-hari berikutnya terasa begitu membosankan. Saya mulai jarang mengikuti perkembangan seleksi CPNS karena telah menganggap diri saya gagal. Bahkan sebelum pengumuman CPNS itu resmi diberitakan. Sampai di suatu hari, tiba-tiba saya ingin sekali untuk melihat kembali daftar peserta yang lolos seleksi tahap pertama. Di situ saya mengetikan kata kunci Bahasa Inggris. Dan menemukan SMAN 1 Cidahu kosong tanpa satu pun pelamar jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lolos seleksi.

Dari situ saya teringat bahwa formasi kosong akan diprioritaskan untuk diisi. Saya mulai kembali bersemangat dan menghitung perolehan nilai seluruh peserta formasi pendidikan Bahasa Inggris Pemprov Jabar. Hasilnya, ternyata nilai integrasi SKD-SKB saya paling tinggi. Tapi, itu pun belum aman. Karena  saya tidak tahu apakah peserta lain mempunyai serdik.

Hari-hari yang  awalnya datar dan membosankan berubah menjadi hari yang penuh tanda-tanya. Dalam masa-masa menunggu itu, hanya Bapak yang berkeyakinan saya bisa lolos CPNS. Sementara, Mama dan saya lebih realistis. 

Hari yang ditunggu pun tiba. Hasil seleksi CPNS 2019 diumumkan. Dan, ternyata prediksi Bapak benar. Saya lolos CPNS ke SMAN 1 Cidahu di Kuningan. Yang mana lokasinya cukup ramai dan dekat dengan rumah saudara saya. Tidak sepi dan rawan kejahatan seperti di Cirebon. Saya tidak menemukan satu pun berita kriminalitas di lokasi di mana nanti saya akan mengajar. Rasanya seperti keajaiban. Apalagi di tengah-tengah serbuan pelamar Bahasa Inggris yang cukup banyak memiliki serdik. Doa istirja’ itu benar. Saya melafalkannya dan Allah menggantikan kegagalan saya lulus di Cirebon dengan menempatkan diri saya di tempat yang jauh lebih baik.

Begitulah teman-teman sepenggal cerita dari saya. Semoga sharing pengalaman kali ini bisa diambil hikmahnya.

Definisi Hangover Tanpa Alkohol

Tuesday, October 20, 2020

Hangover adalah sesuatu yang buruk jika dikaitkan dengan alkohol. Definisi hangover sendiri adalah gejala yang muncul usai seseorang mengkonsumsi minuman keras. Biasanya gejala ini mencakup rasa pusing, mual dan mabuk yang bertahan dalam beberapa jam. 

Istilah ini kemudian diadaptasi oleh para pembaca buku menjadi book-hangover dimana seorang pembaca yang mengidap gejala ini akan sulit move on dari buku yang sudah dia baca. Namun, tidak hanya alkohol dan buku saja yang bisa menyebabkan seseorang terkena hangover. Tetapi juga film dan soundtrack lagu.

Saya masih ingat ketika tahun lalu menonton serial Turki yang berjudul Erkenci Kus dan hangover selama kurang lebih satu tahun. Bayangkan… satu tahun! Selama itu pula, saya kehilangan minat menonton film lain. Rasanya hanya serial Erkenci Kus yang paling bagus dan berkesan untuk saya. Dan ini adalah hangover terlama yang pernah saya alami. Bahkan lebih lama dari proses move-on masalah percintaan!

Tidak ada rasa bosan meskipun berulang kali saya melihat potongan film tersebut di Youtube atau mendengarkan soundtrack dan music-scorer-nya di handphone. Semuanya membuat saya bahagia. Sekaligus juga sedih dan muram di waktu yang bersamaan. Bahagia; karena merasakan ikatan emosional yang kuat dengan film tersebut. Dan sedih; karena saya sudah tamat menonton filmnya.  

Meskipun terkena hangover yang cukup parah, saya tidak pernah berhasil menonton ulang filmnya. Selain karena durasi tiap episode-nya yang mencapai kurun waktu 2 jam lebih, saya juga merasa tidak sanggup mengulang kembali bagian-bagian menyedihkan dari film tersebut. Padahal, salah satu tips yang cukup ampuh untuk meredakan hangover adalah dengan membicarakan atau menonton ulang keseluruhan filmnya sampai bosan. Tapi, bagaimana jika tidak bosan?

Jika tidak bosan, maka tips selanjutnya adalah….. menunggu.

Menunggu hingga perasaan hangover itu reda atau berhenti dengan sendirinya.

Seperti ketika perasaan itu akhirnya tergantikan ketika tanpa sengaja saya menonton review film India di Youtube.

Film itu berjudul Sanam Teri Kasam. Ini adalah film selanjutnya yang membuat saya hangover kembali setelah satu tahun terjebak dalam perasaan sulit move-on dari serial Turki.

Saya masih belum bisa melupakan ekspresi Inder yang muram itu; he didn’t even smile the whole film! Begitu juga dengan suara Saru yang sedih saat memelas meminta bantuannya, berikut dialog terakhir mereka saat Saru sedang sekarat di rumah sakit.

Saru: “Inder, kemarilah. Ucapkan selamat tinggal.”

Inder: “Tidak.”

Saru: “Bagaimana istrimu akan pergi jika kau tak mengijinkan?”

Inder: “Kau tak boleh pergi.”

Saru: "....... Ketika nanti waktumu, aku akan menjadi orang pertama yang menemuimu dengan henna di tanganku. Sekarang, ucapkanlah selamat tinggal."

Inder: “Kau tidak boleh pergi. Ini adalah doa orangtuamu. Bukankah itu yang kau bilang?”

Saru: “Tuhan telah menjawab doa mereka. Aku menemukanmu. Surat cinta dari Tuhan. Aku telah membaca surat cinta-Nya. Dan sekarang aku tidak takut untuk pergi.”

Selain lagu-lagunya, ini adalah part yang akan selalu menghantui diri saya. Dialognya cukup singkat dan sederhana. Tetapi, interpretasi akting pemerannya lah yang membuat dialognya hidup. Saya suka sekali film ini! Dan entah kapan hangover jilid 2 ini akan berakhir.

Film Yang Bikin Saya Move-On Dari Serial Turki

Saturday, October 3, 2020

Saat sedih, menangis bisa menjadi cara ampuh untuk melegakan hati. Namun, tidak semua orang bisa menangis hanya dengan merenung. Terkadang, sebagian orang melakukannya sambil mendengarkan lagu atau menonton film yang berakhir duka. Berbagai macam judul film pun bertebaran. Salah satunya adalah film sedih berjudul ‘Sanam Teri Kasam' yang baru saja saya tonton beberapa hari yang lalu. 

Ini adalah film bollywood pertama yang saya tonton atas keinginan saya sendiri. Bukan karena diajak teman, keluarga atau tetangga. Atau karena kebetulan sedang ditayangkan di stasiun televisi. Tapi, benar-benar saya mencarinya di internet atas inisiatif diri saya sendiri.  

Terakhir menonton film bollywood, kiranya bertahun-tahun yang lalu. Itu pun berjenis serial. Yang saya tonton pertama kali di episode 50 dan menyudahinya di episode 200 meskipun filmnya belum selesai.

Adapun film bollywood lain yang masih saya ingat alur ceritanya meskipun samar-samar hanyalah Three Idiots dan Tujh Mein Rabb Dikta Hai. Selain mereka, saya bahkan tidak ingat lagi judul filmnya.

Baiklah….

Adegan film Sanam Teri Kasam, dibuka dengan seorang pengacara yang berhasil memenangkan sebuah kasus besar sedang berjalan menuju mobilnya sambil dikerumuni wartawan. Pria itu lalu memasuki mobilnya dan menyetir seorang diri. Ketika pria tersebut sampai di rumahnya, dia kembali berjalan menuju ke sebuah pohon besar yang bunganya sedang berguguran dan berdiri tepat di bawahnya. Di pohon tersebut terukir nama ‘Saraswati Parihaar 1994 - 2015.’ 

*****

Saraswati (Saru) merupakan anak sulung keluarga Parthasaarthy. Adiknya bernama Kavery dan ayahnya adalah seorang pria berwatak keras yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi. Mereka tinggal di sebuah apartement. Di sisi lain, Kavery adik Saru ingin segera menikah. Namun, ayahnya menolak keinginan anaknya tersebut. Karena, pantang baginya untuk menikahkan Kavery terlebih dahulu sebelum Saru kakaknya menikah.

Suatu hari, ketika Saru dan ayahnya akan pergi bekerja, lift di apartement mereka rusak sehingga mereka berdua harus turun melewati tangga. Disanalah, kali pertama mereka melihat Inder Parihaar. Penghuni apartement bawah yang sedang bermesraan dengan pacarnya, Ruby.

Ayah Saru yang melihat kelakuan Inder pun merasa marah dengan mereka dan melaporkan keduanya pada petugas apartement. Dari situlah, ayah Saru mengetahui bahwa Inder adalah mantan narapidana kasus pembunuhan. Dan baru saja keluar dari penjara.

Siang harinya, Saru tanpa sengaja bertemu kembali dengan Inder di lift perpustakaan tempatnya bekerja. Saat itu, Saru sedang memakai kostum beruang dan baru saja menangis. Adegan selanjutnya beralih ketika Inder mengembalikan kepala kostum beruang milik Saru yang tertinggal di lift.

"Ini kepalamu.” Kata Inder pada Saru. 

Adegan berikutnya adalah kode-kode samar yang menyenangkan untuk ditonton. Sampai di sini, belum terlihat tanda-tanda akan datangnya kesedihan yang mendalam.

Cerita berlanjut ketika perjodohan Saru kembali gagal. Kavery marah pada kakaknya karena itu artinya ia pun belum bisa menikah dengan pacarnya. Kavery yang frustasi merencanakan untuk kawin lari tapi dicegah oleh Saru yang berjanji akan segera menikah.

Di tengah rasa tertekan dan bersalah karena terus-menerus dipojokan oleh sang adik yang ingin menikah, Saru akhirnya meminta bantuan Inder untuk diperkenalkan kepada Ruby. Namun, kedatangan Saru ke apartement Inder di malam hari malah menimbulkan kesalahpahaman yang mengakibatkan laki-laki itu terluka parah di punggung. 

Kesalahpahaman yang terjadi di apartement Inder berlanjut menjadi pengusiran. Ayah Saru yang baru pulang dari berpergian dan melihat Saru ada di sana menjadi murka dan berakhir dengan mengucapkan sumpah bahwa dia tidak lagi mengakui Saru sebagai anaknya. Sekaligus menganggap jika anaknya tersebut sudah tiada. Saru yang malang dibuang oleh keluarganya.

Dalam banyak kepercayaan, perkataan orangtua berarti dua hal. Antara doa atau kutukan.

Dan dari sinilah perjalanan mereka dimulai. 

Kisah cinta yang berbalut dengan kutukan.

Meskipun saya bukan penggemar film roman yang tak berakhir bahagia, tapi ada sesuatu yang berbeda tentang film ini. Sesuatu yang gelisah dan muram. Para pemainnya berhasil membangun chemistry mereka dengan sangat baik. Akhirnya, saya yang sudah setahun lebih gagal move-on dari serial Turki Erkenci Kus, merasa mendapatkan pencerahan untuk membuka hati kembali pada pengalaman baru saat menonton film ini. 

Satu hal yang paling sering saya perhatikan ketika menonton sebuah film adalah gesture pemainnya. Jika saya tidak suka gesture pemainnya pada pandangan pertama, biasanya saya jarang tamat menonton filmnya. Tapi tidak ketika menonton film ini. Sekilas melihat potongan filmnya di Youtube, keesokan harinya saya langsung niat mencari link filmnya di internet.

Inder dan Saru adalah pasangan yang membuat banyak manusia di dunia ini menjadi iri hati sekaligus juga bahagia dan sedih di waktu yang bersamaan. Mereka berbeda dalam segala hal namun hati mereka sama. Jiwa mereka nampak asing tetapi saling mengisi. Penampilan Inder yang dipenuhi tato dan jarang tersenyum tidak merubah sedikitpun definisi ‘that he is such a sweetheart.’

Di bawah ini saya akan membagikan trailer film ‘Sanam Teri Kasam.’ 

Dan, menurut saya film ini bagus.

Versi link(Klik) Trailer: Sanam Teri Kasam

Tips Berbelanja Aman Lewat Instagram

Tuesday, September 22, 2020

Maraknya kasus penipuan yang dilakukan oleh online-shop abal-abal membuat para pembeli menjadi was-was. Apalagi, mayoritas korban penipuan adalah ibu-ibu dan anak remaja yang tergiur dengan harga murah yang ditawarkan oleh si penipu. Hal ini terjadi karena mereka kurang memperhatikan standar keamanan dalam bertransaksi. Standar keamanan dalam bertransaksi ini utamanya adalah jaminan dari pihak ketiga.

Pihak ketiga itu maksudnya adalah aplikasi legal dan trusted seperti: Tokopedia, Shopee, Lazada, Bukalapak, Alibaba, Bookdepository, dll. Yang akan mengembalikan uang si pembeli  jika barang yang dipesan tidak sampai, rusak atau tidak sesuai.

Saya sendiri (meskipun cukup sering berbelanja online) sangat jarang membeli barang lewat online-shop yang tidak menggunakan jasa pihak ketiga yang bisa menjamin keamanan uang yang saya transfer. Kecuali, online-shop tersebut memiliki sejumlah ciri-ciri yang bisa meyakinkan saya bahwa mereka bukan penipu. Ciri-ciri ini akan sangat  bertolak belakang dengan ciri-ciri online-shop penipu. Bagaimana cara mengeceknya? Berikut adalah cara-caranya:

  • Jika kalian berbelanja lewat Instagram, cek apakah tokonya membuka akun online-shop yang terhubung dengan pihak ketiga seperti: Shopee, Lazada, Tokopedia, dll. Jika terhubung, maka lakukanlah pembayaran melalui aplikasi pihak ketiga tersebut agar uang kalian aman.
     
  • Jika setelah kalian cek ternyata online-shop tersebut tidak membuka akun di aplikasi pihak ketiga, dan pembayaran hanya bisa dilakukan dengan transfer langsung pada rekening si penjual, maka amati postingannya terlebih dahulu. Apakah kolom komentarnya dibatasi ataukah tidak. Jika dibatasi, maka mulailah curiga. Apalagi, jika tidak ada satupun komentar di dalamnya.

  • Setelah kalian mengamati postingannya dengan teliti, jangan langsung transfer. Amati juga kumpulan story yang mereka simpan (jika ada). Biasanya, story-story tersebut isinya adalah testimoni atau gambar-gambar produk yang dijual. Kalian harus semakin waspada jika melihat nama akun yang berada di bagian bawah kumpulan gambar story-gram berbeda dengan nama online-shop yang dipakai. Karena, itu artinya mereka mengubah nama akun Instagram mereka. Apalagi jika nama akun di kumpulan gambar story-gram berbeda jauh dengan nama akunnya yang sekarang. Kemungkinan besar mereka melakukan penggantian nama tersebut untuk menghilangkan jejak agar sulit dilacak.

  • Setelah mengamati postingan dan kumpulan story-gram, langkah selanjutnya yang bisa kalian ambil untuk semakin memastikan keaslian toko online tersebut (utamanya di Instagram) adalah dengan mengklik tanda titik tiga yang berada di pojok kanan atas. Kalian akan menemukan tulisan “About This Account” jika online-shop tersebut pernah mengganti nama akunnya. Klik tulisan tersebut lalu pilih “Former Username”  lihatlah berapa kali akunnya berganti nama. Jika mereka berulang kali mengganti nama akunnya dengan nama-nama yang jauh berbeda, bisa dipastikan mereka adalah online-shop penipu.

  • Kalian bisa juga mengecek gambar yang mereka posting dengan bantuan google.image. Caranya adalah dengan melakukan capture salah satu gambar di online-shop tersebut terlebih dahulu. Pastikan hanya gambarnya saja yang terlihat. Kalian bisa memotong gambarnya dengan aplikasi edit foto.

  • Setelah itu, kalian ketik google.com. dan klik tulisan Gambar. Lalu, ubahlah setelannya menjadi Desktop site (Caranya dengan mengklik tanda titik tiga di pojok kanan atas dan pilih desktop site).

  • Jika berhasil, maka di bawah tulisan Google akan muncul Ikon kamera. Klik ikon tersebut dan pilihlah upload gambar. Nanti, akan muncul gambar yang mirip atau serupa dengan gambar yang kita upload tadi. Berikut alamat website-nya.

  • Jika muncul banyak gambar yang serupa, kalian bisa memperhatikan harga dan tanggal update barang tersebut yang tertera di masing-masing website. Jika harganya berada jauh di bawah mayoritas harga barang tersebut di website lain maka bisa dipastikan mereka adalah online-shop penipu.

    Tambahan:

  • Nama yang digunakan online-shop penipu biasanya terkesan tidak profesional.

  • Jangan tertipu dengan banyaknya testimoni dan followers. Karena followers bisa dibeli dan testimoni bisa dicuri. Jadilah pembeli yang  smart!

Tips Menulis Historical-Romance

Saturday, August 8, 2020

Ada bermacam-macam genre buku di dunia ini. Dari mulai petualangan hingga misteri. Setiap genre tersebut memiliki penggemarnya masing-masing. Sebutlah genre historical romance yang sebagian besar penggemarnya adalah kaum perempuan. Sebenarnya, jika kita berbicara tentang genre romance, tidak melulu  bahwa itu selalu tentang historical romance. Ada juga genre-genre romance yang lain. Seperti: horror-romance, drama romance bahkan religious romance.

Historical romance misalnya adalah genre buku yang settingnya banyak mengambil latar di negara-negara Eropa. Terutama Inggris pada era Regency sekitar tahun 1400-an. Tidak selamanya mutlak, sih. Ada juga yang berlatar di Amerika ketika masa-masa bajak laut. 

Namun, saya pribadi lebih menyukai historical romance berlatar Inggris. Selain karena penggambaran tempatnya yang indah, pemaparan tokoh-tokohnya juga menarik. Penuh dengan istilah-istilah kerajaan, bangsawan atau ksatria. 

Historical romance mungkin tidak menjadi genre buku favorit masyarakat Indonesia. Sama halnya seperti filsafat. Namun biasanya, penggemar historical romance punya sifat yang militan, karena bisa sangat sabar mengoleksi series hisrom favoritnya hingga lengkap.

Sekilas, tema-tema dalam historical romance mengingatkan kita pada buku-buku Jane Austen yang manis menggemaskan dengan ending bahagia meskipun keduanya bisa dipastikan berbeda. Karya-karya Jane Austen, sekalipun mengusung tema romance di era Georgian sekitar tahun 1800-an, namun karena ditulis saat penulisnya juga hidup di era yang sama dengan latar ceritanya, termasuk ke dalam karya kontemporer. Sementara, historical romance sendiri haruslah karya yang ditulis di waktu lampau yang berlainan dengan masa hidup penulisnya.

Cerita dalam historical romance memang kebanyakan tidak membuat kita penasaran atau terkejut. Alih-alih, temanya justru sangat umum dan familiar. Semisal: love-hate relationship dan perjodohan. Memang terdengar kurang menantang, sih. Akan tetapi, justru disitulah tantangannya: Bagaimana si penulis mampu mengolah tema yang itu-itu saja, tanpa kehilangan kreatifitasnya untuk tetap menarik. 

Bagi orang-orang yang kurang suka dengan kejutan dan membenci cerita cinta yang tak berakhir bahagia, historical romance adalah jawabannya. Menurut saya, historical romance  itu adalah genre buku yang paling kaya akan pembelajaran jika dibandingkan dengan genre novel romance lainnya. Bukan hanya dari sisi sejarah. Tapi juga dari pemaparan suasana dan karakter penokohannya yang kuat. Untuk menjaga isi cerita di genre tersebut tetap wajar. Tidak terasa dangkal ataupun berlebihan.

Jujur saja, meskipun temanya biasa, menulis novel historical-romance itu tidaklah mudah. Jika kurang piawai merangkai kata, terutama saat adegan flirting, hal tersebut bisa berakibat fatal. Entah kalimatnya jadi murahan dan berlebihan atau terkesan mengada-ada seperti dalam novel remaja. 

Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila masih ada orang-orang yang memandang sebelah mata genre buku ini hanya karena temanya nampak biasa-biasa saja. Tidak spektakuler dan mengguncang dunia seperti genre sci-fiction atau konspirasi. Terkadang, saya penasaran apakah orang-orang yang mengaku tidak suka baca buku romance itu pernah membaca historical-romance dulu di masa lalunya sebelum menghakimi buku-buku romance itu tidak bagus?

Saya rasa jawabannya tidak. Barangkali, komentar mereka pun sebenarnya hanya ikutan-ikutan saja. Seperti halnya komentar orang-orang ceroboh yang mengatakan bahwa novel Sitti Nurbaya itu adalah tentang perjodohan. Seolah-olah si gadis dipaksa bapaknya yang kejam untuk menikahi Datuk Maringgih. Padahalkan, ceritanya tidak seperti itu.

Sampai kapanpun, historical romance akan selalu menjadi salah satu genre buku favorit saya. Membaca novel historical-romance rasa-rasanya setara dengan menonton film komedi romantis yang membuat kita tertawa; terbebas dari stress. Jangan selalu mengasosiasikan apapun yang berbau historis dengan hal-hal yang membosankan. Karena setiap orang itu mempunyai selera humor yang berbeda.

Ketika dulu pertama kali saya membaca novel historical-romance yang berjudul Kingdom of Dreams karangan Judith McNaught, saat adegan Jennifer Merrick mengobrol dengan penculiknya, saya tertawa bahagia karena obrolannya begitu lucu dan menghibur. 

Bagi saya, terkadang bukan karena tema spektakuler atau ketenaran bukunya yang membuat saya tamat membaca. Tapi, lebih kepada cara penulisnya bercerita, menggambarkan karakter tokoh-tokohnya seolah-olah mereka itu benar-benar hiduplah yang paling penting. Dan itu, tentu saja tidak mudah. Apalagi jika cerita tersebut dituliskan dalam novel bertema historical-romance.

Di bawah ini saya akan membagikan 3 tips dasar untuk orang-orang yang tertarik menulis novel historical romance:

Pertama: Riset

Sebelum menulis hisrom, kamu terlebih dahulu harus menentukan era mana atau peristiwa apa yang akan kamu jadikan latar cerita. Kalau latarnya di Eropa, kamu bisa memilih peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi disana pada masa lalu. Peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di Eropa, contohnya: Black death, Akuisisi di Spanyol, Perang Salib, dll. Atau bisa juga, jika kamu ingin menuliskan historical-romance dengan nuansa kearifan lokal, kamu bisa mendata terlebih dahulu peristiwa-peristiwa apa saja yang pernah terjadi di Indonesia pada masa lalu. Misalnya: Perang Bubat, penjajahan Belanda di Pulau Jawa, runtuhnya Kerajaan Majapahit, dll. Lalu pilih salah satu latarnya dan lakukan riset secara mendalam.

Kedua: Tentukan Alur Cerita

Jika kamu sudah memilih era mana yang akan kamu jadikan latar, maka tentukanlah alur ceritanya. Misal, jika memilih latar belakang perang Bubat, saya bisa saja menuliskan cerita tentang seorang wanita Kerajaan Sunda yang menyamar menjadi dayang istana di Kerajaan Majapahit untuk membalaskan dendam atas kematian keluarganya, yang terbunuh oleh Patih Gajah Mada saat Perang Bubat. Tapi, sebelum rencananya berhasil, Sang Patih tahu-tahu malah naksir dirinya. Sehingga si wanita harus bersandiwara. 

Ketiga: Karakterisasi yang kuat

Dalam genre historical-romance, perempuan selalu menang. Sehingga wajib bagi kamu untuk menciptakan tokoh perempuan yang kuat, punya prinsip dan tujuan hidup yang ingin dicapai. Bukan berarti kepribadiannya harus maskulin. Namun, karakternya harus bisa mencerminkan perempuan lovable yang tangguh. Dalam rumus historical romance, man should be chaser. Meskipun tidak mutlak demikian. Setelah itu, jangan lupa untuk menciptakan konflik yang menghalangi mereka untuk bersama sehingga butuh usaha untuk menyelesaikan konflik tersebut. Akan tetapi, konflik tersebut haruslah bertentangan dengan prinsip atau tujuan hidup yang ingin dicapai oleh salah satu pihak. Jika kamu sudah terbiasa menulis, bagian ini adalah bagian yang paling menyenangkan. Ciri-ciri bahwa karakterisasi tokoh yang kamu ciptakan sudah kuat adalah saat pembaca bisa mengetahui siapa yang berbicara dalam dialog tanpa membaca dialogue-tagnya.

Dialogue tag itu, misalnya: ucap Elizabeth, seru Edward, kata Henrietta, dsb.

Well, segitu saja tips menulis dari saya hari ini. 

Selamat mencoba!